Manado, (AntaraSulut) - Sekretaris Dinas Perkebunan Sulut Refly Ngantung mengatakan daerah tersebut mampu memasok sekitar 70 persen kebutuhan pala di dunia.

"Sulut harus mempertahankan posisinya sebagai pemasok komoditi pala terbesar di dunia," katanya, sambil menambahkan kebutuhan dunia terhadap komoditas tersebut hanya berkisar 20 ribu ton setiap tahun, di Manado, Senin.

Produksi pala paling banyak di Sulut dihasilkan dari Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

Sedangkan negara tujuan ekspor pala Sulut, kata refly, tersebar baik di Asia, Eropa, Amerika hingga Afrika.

"Pala merupakan salah satu mata dagang paling kontinyu ekspornya, karena setiap bulan terjadi realisasi ekspor dengan jumlah relatif stabil," katanya.

Guna menjaga agar produksi pala Sulut tetap tinggi, setiap tahun pemerintah memberikan 100 ribu bibit untuk peremajaan komoditi tersebut.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Febby Karambut mengatakan produk pala diekspor biasanya biji pala dan bunga pala atau fuli.

"Biji pala dan fuli biasanya paling banyak diekspor ke negara-negara bagian Eropa kemudian Asia, Amerika juga Afrika," jelas Febby.

Lanjut Febby, komoditi pala selain dijadikan bahan untuk bumbu masak negara luar juga sebagai bahan baku farmasi dan juga aroma terapi.

"Guna mempertahankan posisi Sulut sebagai pemasok pala terbesar di dunia, maka pemerintah akan terus memfasilitasi dan mencari pasar baru untuk komoditi tersebut," kata febby.

Harga komoditi pala di sentra perdagangan Kota Manado dan sekitarnya untuk biji pala sebesar Rp110 ribu per kilogram dan pala fuli Rp120 ribu per kilogram. ***2***

Biqwanto

(T.K005/B/B012/B012) 17-03-2014 10:48:01

Pewarta :
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024