Jakarta (ANTARA) - Jajaran Kepolisian Republik Indonesia menggelar Festival Musik Jalanan Piala Kapolri 2022 di Museum Benteng Vredeburgh, Yogyakarta, sebagai bentuk komitmen mereka untuk terus berbenah dan memperbaiki diri memberikan wadah ataupun membangun ruang demokrasi bagi masyarakat yang positif demi menjaga persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Listyo Prabowo, dalam keterangannya, diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan, kegiatan berkesenian ini menjadi salah satu wadah untuk menyampaikan ekspresi, terlebih memasuki tahun-tahun politik, akan ada banyak panggung-panggung ekspresi digelar.
Untuk itu dia mengajak semua pihak untuk mengisi ruang demokrasi itu dengan hal-hal yang positif. "Yang selalu kami ingatkan bagaimana bahwa ruang demokrasi dan politik tersebut dapat kita manfaatkan dengan baik, dengan memanfaatkan ruang ekspresi yang betul-betul bisa dijaga, salurkan secara positif," ujarnya.
Tidak hanya festival musik jalanan, Polri sebelumnya juga menyediakan wadah atau ruang publik berekspresi secara positif lewat kegiatan festival orasi dan mural pada 2021.
Ia menghargai ekspresi atau aspirasi melalui musik bisa menjadi lebih efektif dan dapat mewakili suara hati masyarakat luas. Sehingga, pesan yang disampaikan kepada para pemangku kebijakan akan lebih mudah diserap. "Tentunya kami akan terus mendorong hal-hal seperti ini," katanya.
"Yang selalu kami ingatkan bagaimana bahwa ruang demokrasi dan politik tersebut dapat kita manfaatkan dengan baik, dengan memanfaatkan ruang ekspresi yang betul-betul bisa dijaga, salurkan secara positif," ujarnya.
Ia menekankan, yang paling terpenting adalah penyampaian ekspresi di ruang demokrasi tersebut, tetap selalu mengutamakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
"Namun pada sisi lain aspirasi itu, yang paling penting adalah bagaimana ke depan kita selalu menjaga persatuan dan kesatuan. Walaupun kita berbeda-berbeda, karena kemajemukan, itu yang harus kita jaga," ujar dia.
Lembaga penegak hukum yang dia pimpin, katanya, selalu siapa mengawal, mengamankan ruang demokrasi yang tentunya menjadi bagian untuk terus-menerus harus diisi, diekspresikan sebagai bentuk kritis, bentuk kepedulian, kecintaan terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Ia juga menyatakan penghargaannya kepada seluruh peserta, dewan juri, musisi jalanan dan pihak yang terlibat dalam menyukseskan acara festival ini.
Ia berharap, melalui ruang aspirasi dan ekspresi ini, kritik ataupun masukan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk menjadi institusi yang lebih baik lagi, agar dapat semakin dicintai dan menjadi seperti yang diharapkan masyarakat Indonesia.
"Silahkan untuk sampaikan hal-hal yang khususnya buat kami Polri untuk bisa dikritik. Sehingga kami juga mendapatkan masukan-masukan, untuk kami terus berbenah diri. Dan tentu kami juga titip kepada seluruh musisi jalanan bagaimana terus membangun kecintaan terhadap bangsa dan negara Indonesia," kata dia.
Festival Musik Bhayangkara 2022 mengangkat tema 'Setapak Perubahan, Pesan Cinta Untuk Indonesia' resmi ditutup Kamis malam (26/5).
Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-76 dibagi ke dalam dua sub tema, yakni 'Suara Hati untuk Polri' dan 'Persembahan Karya Jalanan untuk Indonesia'.
Komunitas musisi jalanan hingga kelompok musisi difabel diberikan kesempatan menyalurkan, kritik, saran dan aspirasinya dalam kegiatan tersebut.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Listyo Prabowo, dalam keterangannya, diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan, kegiatan berkesenian ini menjadi salah satu wadah untuk menyampaikan ekspresi, terlebih memasuki tahun-tahun politik, akan ada banyak panggung-panggung ekspresi digelar.
Untuk itu dia mengajak semua pihak untuk mengisi ruang demokrasi itu dengan hal-hal yang positif. "Yang selalu kami ingatkan bagaimana bahwa ruang demokrasi dan politik tersebut dapat kita manfaatkan dengan baik, dengan memanfaatkan ruang ekspresi yang betul-betul bisa dijaga, salurkan secara positif," ujarnya.
Tidak hanya festival musik jalanan, Polri sebelumnya juga menyediakan wadah atau ruang publik berekspresi secara positif lewat kegiatan festival orasi dan mural pada 2021.
Ia menghargai ekspresi atau aspirasi melalui musik bisa menjadi lebih efektif dan dapat mewakili suara hati masyarakat luas. Sehingga, pesan yang disampaikan kepada para pemangku kebijakan akan lebih mudah diserap. "Tentunya kami akan terus mendorong hal-hal seperti ini," katanya.
"Yang selalu kami ingatkan bagaimana bahwa ruang demokrasi dan politik tersebut dapat kita manfaatkan dengan baik, dengan memanfaatkan ruang ekspresi yang betul-betul bisa dijaga, salurkan secara positif," ujarnya.
Ia menekankan, yang paling terpenting adalah penyampaian ekspresi di ruang demokrasi tersebut, tetap selalu mengutamakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
"Namun pada sisi lain aspirasi itu, yang paling penting adalah bagaimana ke depan kita selalu menjaga persatuan dan kesatuan. Walaupun kita berbeda-berbeda, karena kemajemukan, itu yang harus kita jaga," ujar dia.
Lembaga penegak hukum yang dia pimpin, katanya, selalu siapa mengawal, mengamankan ruang demokrasi yang tentunya menjadi bagian untuk terus-menerus harus diisi, diekspresikan sebagai bentuk kritis, bentuk kepedulian, kecintaan terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Ia juga menyatakan penghargaannya kepada seluruh peserta, dewan juri, musisi jalanan dan pihak yang terlibat dalam menyukseskan acara festival ini.
Ia berharap, melalui ruang aspirasi dan ekspresi ini, kritik ataupun masukan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk menjadi institusi yang lebih baik lagi, agar dapat semakin dicintai dan menjadi seperti yang diharapkan masyarakat Indonesia.
"Silahkan untuk sampaikan hal-hal yang khususnya buat kami Polri untuk bisa dikritik. Sehingga kami juga mendapatkan masukan-masukan, untuk kami terus berbenah diri. Dan tentu kami juga titip kepada seluruh musisi jalanan bagaimana terus membangun kecintaan terhadap bangsa dan negara Indonesia," kata dia.
Festival Musik Bhayangkara 2022 mengangkat tema 'Setapak Perubahan, Pesan Cinta Untuk Indonesia' resmi ditutup Kamis malam (26/5).
Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-76 dibagi ke dalam dua sub tema, yakni 'Suara Hati untuk Polri' dan 'Persembahan Karya Jalanan untuk Indonesia'.
Komunitas musisi jalanan hingga kelompok musisi difabel diberikan kesempatan menyalurkan, kritik, saran dan aspirasinya dalam kegiatan tersebut.