Jakarta (ANTARA) - Legenda lari jarak jauh Inggris Mo Farah tidak yakin lagi dengan masa depan karirnya di dunia atletik setelah dipecundangi seorang pelari klub saat kembali beraksi di lomba lari 10.000m di London, Senin.

Juara Olimpiade empat kali yang memulai berlomba lagi untuk pertama kalinya sejak gagal lolos ke Olimpiade Tokyo tahun lalu karena mengalami cedera kaki, tidak mampu mendahului Ellis Cross, 26, di garis finis.

Farah, 39, finis satu menit di luar waktu terbaiknya di lapangan yang sama pada 2010. Farah pun menolak berkomentar apakah dia akan mencoba bersaing lagi untuk Kejuaraan Dunia di Eugene pada Juli mendatang.

Farah, sang juara lari nomor 5.000 dan 10.000 meter di Olimpiade London 2012 dan Rio 2016, mengatakan kepada BBC: "Badan anda harus siap. Anda harus berada dalam kerangka berpikir yang benar. Anda harus mampu bersaing dengan orang-orang."

"Hari ini adalah hari yang berat. Ellis melakukannya dengan sangat baik untuk menang di sini. Tapi anda harus melihat di mana anda berada sekarang."

"Saat ini saya sendiri bahkan tidak tahu. Anda harus mengikuti balapan demi balapan dan menyaksikan apa yang bisa dilakukan. Saya tidak bertambah muda bukan?"

Farah mencoba beralih ke nomor lari maraton untuk kembali ke lintasan pada tahun 2020 demi mendapatkan tiket Olimpiade, tetapi dengan performa kali ini justru akan mempercepat akhir karirnya.

"Saya memang melakukan beberapa latihan yang bagus tetapi itu sudah sangat lama – sembilan bulan sejak balapan terakhir saya," kata Farah. "Saya suka olahraga ini dan saya suka dengan apa yang saya lakukan.

"Saya memiliki karir yang panjang tetapi juga ada banyak atlet muda yang datang, yang bagus untuk disaksikan."

Sementara itu Cross yang berjuang keras untuk meraih kemenangannya, berkata: "Saya tidak percaya sampai 20 meter dari garis finis, saya seperti merasa, 'Dia hanya akan mendahului saya, itu saja'. Saya tidak bisa menjelaskannya. perasaan ini luar biasa."

"Hal yang paling menginspirasi bagi saya adalah saya telah mengalahkan seseorang yang menjadi idola." demikian laporan AFP.
 

Pewarta : Junaydi Suswanto
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024