Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah dibayangi kekhawatiran kenaikan inflasi global karena invasi Rusia ke Ukraina.
Rupiah bergerak melemah 12 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.374 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.362 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, mengatakan, nilai tukar rupiah berpotensi mendapatkan tekanan dan bergerak turun hari ini terhadap dolar AS.
"Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi karena invasi Rusia masih menjadi penekan rupiah. Karena kenaikan inflasi yang tinggi bisa menahan masyarakat untuk melakukan pembelian, menurunkan tingkat konsumsi sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi tertekan," ujar Ariston.
Ekspektasi kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif tahun ini, lanjut Ariston, juga memberikan tekanan untuk rupiah, yang tercermin dari imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS terus meninggi dan menciptakan level tertinggi baru tahun ini.
"Untuk tenor 10 tahun sudah di 2,7 persen. Ekspektasi tersebut bisa mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah," kata Ariston.
Sementara dari dalam negeri, isu demo mahasiswa hari ini juga akan menjadi perhatian pasar.
"Demo damai, sentimen positif untuk rupiah dan sebaliknya," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.380 per dolar AS hingga Rp14.340 per dolar AS.
Pada Jumat (8/4) lalu, rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.362 per dolar AS.
Rupiah bergerak melemah 12 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.374 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.362 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, mengatakan, nilai tukar rupiah berpotensi mendapatkan tekanan dan bergerak turun hari ini terhadap dolar AS.
"Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi karena invasi Rusia masih menjadi penekan rupiah. Karena kenaikan inflasi yang tinggi bisa menahan masyarakat untuk melakukan pembelian, menurunkan tingkat konsumsi sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi tertekan," ujar Ariston.
Ekspektasi kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif tahun ini, lanjut Ariston, juga memberikan tekanan untuk rupiah, yang tercermin dari imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS terus meninggi dan menciptakan level tertinggi baru tahun ini.
"Untuk tenor 10 tahun sudah di 2,7 persen. Ekspektasi tersebut bisa mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah," kata Ariston.
Sementara dari dalam negeri, isu demo mahasiswa hari ini juga akan menjadi perhatian pasar.
"Demo damai, sentimen positif untuk rupiah dan sebaliknya," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.380 per dolar AS hingga Rp14.340 per dolar AS.
Pada Jumat (8/4) lalu, rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.362 per dolar AS.