Pariaman (ANTARA) -
Produksi ikan tangkap Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), mencapai 6.229 ton pada 2021, naik 25 ton dari 2020 yang tercatat 6.204 ton.
"Peningkatan produksi ikan tangkap di Pariaman tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan dan pemberian bantuan alat tangkap yang baik yang bersumber dari pemerintah pusat, provinsi, maupun kota," kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kota Pariaman Dasril di Pariaman, Rabu.
Ia menyebutkan bantuan tersebut berupa kapal fiber, mesin, dan alat tangkap serta pelampung yang disalurkan melalui kelompok nelayan yang ada di Kota Pariaman.
Menurutnya penggunaan kapal fiber lebih menguntungkan dari pada kapal kayu karena perawatan yang mudah.
Selain memberikan bantuan kapal, lanjutnya dari tahun ke tahun pemerintah juga memberikan bantuan mesin kapal dengan kekuatan secara bertahap semakin meningkat mulai dari 5 PK, 8 PK lalu 10 PK dan saat ini sudah 15 PK agar jangkauan nelayan mencari ikan semakin luas dan sejumlah keuntungan lainnya.
"Ketika hujan, ombak besar atau cuaca buruk nelayan dapat menyelamatkan diri karena kekuatan mesin kapalnya besar," katanya.
Ia mengatakan meskipun produksi ikan tangkap di Kota Pariaman meningkat namun Pemerintah Kota Pariaman tetap mengupayakan membuat rumpon agar nelayan mudah menangkap ikan.
Ia merincikan produksi ikan tangkap di Kota Pariaman terbanyak berada di semester II yang mencapai 3.143,1 ton dengan bulan penangkapan tertinggi September dengan jumlah produksi 600,2 ton.
Produksi ikan tangkap di Kota Pariaman pada semester I 3.086,2 ton dengan bulan produksi tertinggi terjadi pada Mei dengan jumlah produksi tangkap 547,6 ton.
Ikan-ikan tersebut, lanjutnya tidak saja dipasarkan di dalam Kota Pariaman namun juga berbagai daerah di Sumbar dan luar provinsi itu.
DP3 Kota Pariaman mencatat produksi ikan di Kota Pariaman dari 2017 mencapai 6.251 ton, namun turun 2018 mencapai 6.011 ton, dan 2019 pada 6.005,60 ton karena alat tangkap yang mulai kurang memadai. Angka tersebut naik kembali pada 2020 dan 2021 karena adanya bantuan kapal dan alat tangkap dari pemerintah.
Produksi ikan tangkap Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), mencapai 6.229 ton pada 2021, naik 25 ton dari 2020 yang tercatat 6.204 ton.
"Peningkatan produksi ikan tangkap di Pariaman tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan dan pemberian bantuan alat tangkap yang baik yang bersumber dari pemerintah pusat, provinsi, maupun kota," kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kota Pariaman Dasril di Pariaman, Rabu.
Ia menyebutkan bantuan tersebut berupa kapal fiber, mesin, dan alat tangkap serta pelampung yang disalurkan melalui kelompok nelayan yang ada di Kota Pariaman.
Menurutnya penggunaan kapal fiber lebih menguntungkan dari pada kapal kayu karena perawatan yang mudah.
Selain memberikan bantuan kapal, lanjutnya dari tahun ke tahun pemerintah juga memberikan bantuan mesin kapal dengan kekuatan secara bertahap semakin meningkat mulai dari 5 PK, 8 PK lalu 10 PK dan saat ini sudah 15 PK agar jangkauan nelayan mencari ikan semakin luas dan sejumlah keuntungan lainnya.
"Ketika hujan, ombak besar atau cuaca buruk nelayan dapat menyelamatkan diri karena kekuatan mesin kapalnya besar," katanya.
Ia mengatakan meskipun produksi ikan tangkap di Kota Pariaman meningkat namun Pemerintah Kota Pariaman tetap mengupayakan membuat rumpon agar nelayan mudah menangkap ikan.
Ia merincikan produksi ikan tangkap di Kota Pariaman terbanyak berada di semester II yang mencapai 3.143,1 ton dengan bulan penangkapan tertinggi September dengan jumlah produksi 600,2 ton.
Produksi ikan tangkap di Kota Pariaman pada semester I 3.086,2 ton dengan bulan produksi tertinggi terjadi pada Mei dengan jumlah produksi tangkap 547,6 ton.
Ikan-ikan tersebut, lanjutnya tidak saja dipasarkan di dalam Kota Pariaman namun juga berbagai daerah di Sumbar dan luar provinsi itu.
DP3 Kota Pariaman mencatat produksi ikan di Kota Pariaman dari 2017 mencapai 6.251 ton, namun turun 2018 mencapai 6.011 ton, dan 2019 pada 6.005,60 ton karena alat tangkap yang mulai kurang memadai. Angka tersebut naik kembali pada 2020 dan 2021 karena adanya bantuan kapal dan alat tangkap dari pemerintah.