Tokyo (ANTARA) - Bank sentral Jepang harus menaikkan suku bunga untuk memastikan negara itu tidak akan sejajar dengan negara-negara lain di dunia dalam kebijakan moneternya, kata penasehat Perdana Menteri Fumio Kishida yang gagasannya kemungkinan mengilhami kerangka kerja kebijakan ekonomi perdana menteri itu.

Pemerintah Kishida harus mengeluarkan sebanyak 400 miliar dolar AS belanja publik selama lima tahun ke depan untuk meningkatkan investasi medis dan antibencana, George Hara yang juga pengusaha itu mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada Jumat (1/4/2022).

Visi Hara, yang mengepalai sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di seluruh dunia, tampaknya menjadi tulang punggung agenda "kapitalisme baru" Kishida di mana perdana menteri mendorong distribusi kekayaan yang lebih besar.

Ketika Federal Reserve AS dan bank sentral lainnya bergerak maju dengan menaikkan suku bunga, bank sentral Jepang (BOJ) harus mengikuti untuk menghindari spread imbal hasil Jepang melebar terlalu banyak, menurut Hara, yang menerbitkan sebuah buku pada tahun 2009 juga disebut "Kapitalisme Baru ".

"Yen melemah karena perbedaan imbal hasil, jadi tidak ada masalah jika suku bunga di Jepang naik," kata Hara, yang menambahkan bahwa kebijakan moneter Jepang harus bergerak sejalan dengan negara lain di dunia.

Mempertahankan suku bunga di sekitar nol adalah negatif bagi banyak orang di Jepang yang mengandalkan tabungan atau pensiun untuk bertahan hidup, kata Hara. Dia menambahkan bahwa mereka yang akan dirugikan oleh suku bunga yang lebih tinggi di Jepang kemungkinan adalah pemain keuangan seperti hedge fund dan pedagang frekuensi tinggi.

Hara mengenal Kishida selama tugas perdana menteri 2012-2017 sebagai menteri luar negeri ketika Hara menjabat sebagai penasihat Kantor Kabinet Jepang, yang mengawasi perencanaan ekonomi jangka panjang pemerintah.

Hara, yang juga menjabat sebagai penasihat kementerian keuangan selama empat tahun hingga 2010, mengatakan pemerintah harus meningkatkan pengeluaran untuk infrastruktur medis dan antibencana sebanyak 10 triliun yen (81,55 miliar dolar AS) per tahun selama lima tahun.

Kishida sejauh ini telah memerintahkan kabinetnya untuk menyusun paket bantuan untuk mengimbangi pukulan ekonomi dari kenaikan harga-harga energi, yang akan didanai oleh cadangan khusus.

Perdana menteri juga menghadapi tekanan, termasuk dari mitra koalisi partainya yang berkuasa Komeito, untuk mengumpulkan anggaran tambahan guna memperbesar ukuran pengeluaran itu.

Jepang memasuki pandemi virus corona yang sudah dibebani dengan utang lebih dari dua kali lipat ukuran ekonominya senilai 4,6 triliun dolar AS, menjadikannya negara yang paling berhutang di dunia industri sebagai hasil dari pengeluaran besar-besaran selama beberapa dekade yang bertujuan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan.


 

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024