Kediri (ANTARA) - Para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sri Rejeki Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, berhasil budi daya padi varietas "Black Madras" yang diklaim baik dikonsumsi bagi penderita diabetes.
Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri Khadariyanto, Jumat mengemukakan, ia dengan anggota lainnya mencoba budi daya padi ini.
"Padi jenis ini bisa menjadi alternatif bagi yang tidak terlalu suka dengan beras merah yang saat ini sudah beredar di pasaran. Terlebih sangat cocok bagi penderita diabetes pula," katanya di Kediri.
Ia menyebut, padi ini baik untuk penderita diabates karena kandungan gula yang rendah.
"Kandungan gula yang rendah dari varietas padi ini sangat relevan dengan pola perilaku masyarakat yang belakangan ini lebih memilih menu-menu sehat untuk mencukupi asupan nutrisi mereka," kata dia.
Padi varietas ini, kata Khadariyanto baru ditanam oleh kelompok tani yang dipimpinnya. Dirinya juga mengklaim varietas ini juga baru ditanam di Kota Kediri.
Selama masa tanam, ternyata ada perbedaan dengan padi varietas lain yang masa tanam varietas "Black Madras" ini ternyata lebih singkat.
"Ternyata masa tanam tidak sampai 100 hari, antara 75-80 hari sudah bisa dipanen. Relatif lebih cepat dibandingkan jenis-jenis padi yang lain," kata dia.
Selain itu, ia juga mengatakan penampilan dari padi jenis ini pun juga berbeda dengan yang lainnya.
"Cukup mencolok, daun dan batang padinya didominasi oleh warna ungu gelap kehitam-hitaman sesuai dengan namanya, namun untuk bulir padinya tetap berwarna putih," ujar dia.
Untuk saat ini, luas lahan yang digunakan untuk budi daya padi varietas itu adalah 30 ru (421,95 meter persegi). Untuk luas tanam itu, Khadariyanto menebar benih sebanyak 2 kilogram. Harga padi ini dibelinya Rp50 ribu.
"Saya rasa padi varietas ini cukup menguntungkan untuk ditanam, menimbang dari harga benih, waktu tanam, dan ketahanannya terhadap serangan hama seperti tikus dan wereng," kata dia.
Sementara itu, Sri Harnanik, koordinator penyuluh pertanian di Kecamatan Pesantren, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri mengatakan upaya yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sri Rejeki Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, ini sekaligus menjadi pilot project sebelum nantinya disosialisasikan ke kelompok tani lainnya.
"Ini menjadi bagian dari pilot project, uji coba dari DKPP Kota Kediri guna memastikan apakah padi varietas ini bisa ditanam di Kota Kediri," kata Sri.
Ia juga terus memantau baik saat mulai menyebar benih, tanam, hingga panen raya ini. Ia juga memantau untuk penggunaan sarana pertanian, guna mengetahui perbandingan hasil panen dengan padi konvensional yang sudah umum ditanam di Kota Kediri.
Sri mengatakan, hasil panen petani cukup baik. Dari hasil penimbangan berdasarkan dua petak ubinan, petak pertama (sisi selatan) didapatkan hasil panen sebanyak 3,7 kilogram, petak kedua (sisi utara) didapatkan sebanyak 3,9 kilogram dengan rata-rata hasil panen untuk dua petak tersebut adalah 3,8 kilogram.
"Artinya padi varietas ini dapat menghasilkan panen basah sebesar 6080 ton per hektare," kata Sri.
Sementara itu, Kepala DKPP Kota Kediri Mochammad Ridwan mengatakan pihaknya sangat mendukung upaya pengembangan varietas padi rendah glukosa ini.
"Semoga ke depannya masyarakat bisa beralih mengonsumsi beras sehat agar mencapai ketahanan pangan," kata Ridwan.
Pihaknya juga mengimbau kepada para petani untuk mengadopsi pemikiran inovatif dalam berbudidaya padi dengan menggunakan varietas yang tahan hama penyakit. (*)
Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri Khadariyanto, Jumat mengemukakan, ia dengan anggota lainnya mencoba budi daya padi ini.
"Padi jenis ini bisa menjadi alternatif bagi yang tidak terlalu suka dengan beras merah yang saat ini sudah beredar di pasaran. Terlebih sangat cocok bagi penderita diabetes pula," katanya di Kediri.
Ia menyebut, padi ini baik untuk penderita diabates karena kandungan gula yang rendah.
"Kandungan gula yang rendah dari varietas padi ini sangat relevan dengan pola perilaku masyarakat yang belakangan ini lebih memilih menu-menu sehat untuk mencukupi asupan nutrisi mereka," kata dia.
Padi varietas ini, kata Khadariyanto baru ditanam oleh kelompok tani yang dipimpinnya. Dirinya juga mengklaim varietas ini juga baru ditanam di Kota Kediri.
Selama masa tanam, ternyata ada perbedaan dengan padi varietas lain yang masa tanam varietas "Black Madras" ini ternyata lebih singkat.
"Ternyata masa tanam tidak sampai 100 hari, antara 75-80 hari sudah bisa dipanen. Relatif lebih cepat dibandingkan jenis-jenis padi yang lain," kata dia.
Selain itu, ia juga mengatakan penampilan dari padi jenis ini pun juga berbeda dengan yang lainnya.
"Cukup mencolok, daun dan batang padinya didominasi oleh warna ungu gelap kehitam-hitaman sesuai dengan namanya, namun untuk bulir padinya tetap berwarna putih," ujar dia.
Untuk saat ini, luas lahan yang digunakan untuk budi daya padi varietas itu adalah 30 ru (421,95 meter persegi). Untuk luas tanam itu, Khadariyanto menebar benih sebanyak 2 kilogram. Harga padi ini dibelinya Rp50 ribu.
"Saya rasa padi varietas ini cukup menguntungkan untuk ditanam, menimbang dari harga benih, waktu tanam, dan ketahanannya terhadap serangan hama seperti tikus dan wereng," kata dia.
Sementara itu, Sri Harnanik, koordinator penyuluh pertanian di Kecamatan Pesantren, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri mengatakan upaya yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sri Rejeki Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, ini sekaligus menjadi pilot project sebelum nantinya disosialisasikan ke kelompok tani lainnya.
"Ini menjadi bagian dari pilot project, uji coba dari DKPP Kota Kediri guna memastikan apakah padi varietas ini bisa ditanam di Kota Kediri," kata Sri.
Ia juga terus memantau baik saat mulai menyebar benih, tanam, hingga panen raya ini. Ia juga memantau untuk penggunaan sarana pertanian, guna mengetahui perbandingan hasil panen dengan padi konvensional yang sudah umum ditanam di Kota Kediri.
Sri mengatakan, hasil panen petani cukup baik. Dari hasil penimbangan berdasarkan dua petak ubinan, petak pertama (sisi selatan) didapatkan hasil panen sebanyak 3,7 kilogram, petak kedua (sisi utara) didapatkan sebanyak 3,9 kilogram dengan rata-rata hasil panen untuk dua petak tersebut adalah 3,8 kilogram.
"Artinya padi varietas ini dapat menghasilkan panen basah sebesar 6080 ton per hektare," kata Sri.
Sementara itu, Kepala DKPP Kota Kediri Mochammad Ridwan mengatakan pihaknya sangat mendukung upaya pengembangan varietas padi rendah glukosa ini.
"Semoga ke depannya masyarakat bisa beralih mengonsumsi beras sehat agar mencapai ketahanan pangan," kata Ridwan.
Pihaknya juga mengimbau kepada para petani untuk mengadopsi pemikiran inovatif dalam berbudidaya padi dengan menggunakan varietas yang tahan hama penyakit. (*)