Manado, (Antara Sulut) - Di mata Jenderal Rudini yang kala itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri era 90-an, sosok DR DR (Hc) Sinyo Harry Sarundajang dipandang sebagai pemimpin yang memiliki kharisma.

Dari kharisma itu, kata Rudini, putra Kawangkoan kelahiran 16 Januari 1945, layak menjadi pemimpin Sulawesi Utara di masa datang.

Pada periode itu, pencinta olah raga tenis dan berkuda sedang menjabat penjabat Walikotamadya Bitung dan setahun berikutnya menjadi Walikota Kodya Bitung defenitif.

Tidak banyak orang tahu. Sarundajang adalah figur yang secara elegan sanggup menembus kekakuan pemerintahan orde baru dengan menawarkan konsep pemekaran wilayah otonom.

Suami Deetje L Tambuwun yang dinikahinya 17 Juli 1969 ini, adalah orang pertama di republik yang berani dan berhasil memekarkan wilayah dengan melahirkan Kotamadya Bitung pada tahun 1990.

Kota yang kemudian menjelma menjadi kota multi dimensi ini adalah produk kotamadya pertama yang lahir di masa Orde Baru. Konsep pemekaran wilayah pemerintahan kemudian diadopsi menjadi konsep dan model efisiensi pemerintahan daerah secara nasional hingga sekarang.

Karir politik dan pemerintahannya disejajarkan dengan jenderal bintang empat, berada di puncak karir sebagai pejabat eselon I Golongan IV E, pernah menjabat sebagai Irjen Depdagri.

Setumpuk kesuksesan yang diraih tamatan Sekolah Rakyat (SR) Tomohon 1957, SMP Kristen Kawangkoan 1960, SMA Negeri Kawangkoan 1964, dan penyandang Sarjana Muda Fakultas Sosial dan Politik Jurusan Administrasi Negara UNSRAT Manado 1968, tidak diraih dengan koneksi tapi karena komptensi pribadi yang dimiliki.

Di mata Surjadi Sudirja, mantan mendagri dan Gubernur DKI Jakarta, penyandang gelar sarjana Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan UNTAG  Jakarta 1970, dan ahli administrasi teritorial Institute International Administration Publique Francaise – Perancis 1976, dipandang sebagai pribadi brilian dan berkarakter kuat. Jenderal bintang tiga ini, menyebutnya sebagai "Bintang dari Timur".
     

                                                                     Sosok Pemersatu
Publikasi sejumlah sumber menyebutkan, pemegang semboyan hidup "Nihil Nova Sub Sole" (Tak Ada yang Abadi di Bawah Matahari) sebagai "Duta Perdamaian" dan "Khalifah" di dua kawasan konflik, Provinsi Maluku Utara dan Maluku tahun 2002.

Karena kepribadiannya yang kuat, Presiden Megawati Soekarnoputri mengutus Sarundajang ke dua daerah itu menjadi Penjabat Gubernur untuk dua tugas pokok meredahkan konflik dan memperisiapkan pemilihan gubernur definitif.

Dia sukses meredakan konflik horisontal yang sudah berlangsung sekitar empat tahun di Maluku dan Maluku Utara. Sarundajang mampu memimpin penyelenggaraan pemilihan gubernur di dua provinsi yang bergejolak kala itu.

Pada awal tugasnya, sempat mendapatkan penolakan dari pihak yang bertikai. Bom meledak, tak jauh dari tempat rumah tinggalnya. Peraih Award For Health Education dari WHO 1995 ini, tak gentar. Baginya ini adalah tugas negara, sekalipun nyawa adalah taruhannya.

Kehadirannya meredakan konflik menggunakan hati nurani, secara perlahan mulai mengikis kerasnya pola pikir kelompok-kelompok bertikai. Simpul-simpul konflik berhasil dimediasi dan rujuk.

"Saya hanyalah alat Tuhan," kata Sarundajang.

Sukses meredakan konflik, ayah dari Steven Sarundajang, Vanda Sarundajang, Fabian Sarundajang, Eva C Sarundajang, dan Shinta Sarundajang diganjar dengan sejumlah penghargaan dari NGO internasional.

Diantaranya, Outstanding Achievement In Field of Governance, dari 21 st Century Award (2002), Outstanding Government Official in Indonesia dari Who’s Who In The World Twentieth Edition (2003), dan The Governor’s Award semasa menjabat Gubernur Maluku dan Maluku Utara dariAmerican Biographical Institute (ABI) tahun 2004.

Tak berselang lama, presiden menganugerahkan dua penghargaan di dada Sarundajang yaitu Satya Lencana Karya Satya 30 tahun, dan Bintang Jasa Utama dari Presiden RI.
    

                     Menduniakan Sulut
Di tangan gubernur yang dua kali menjadi pilihan rakyat, pergerakan Provinsi Sulawesi Utara dari berbagai sisi terus menanjak naik. Keberhasilan ini, juga tidak bisa dipisahkan dari keberhasilannya menggelar iven internasional bertajuk konferensi kelautan dunia (World Ocean Conference-Coral Triangle Initiative Summit) atau WOC/CTI Summit.

Ide awal konferensi kelautan dunia mengapung manakala dunia internasional mulai bergejolak akibat persoalan ekonomi. Dunia termasuk Indonesia, oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan mencari solusi konkrit atas gempuran naiknya harga bahan bakar minyak. para guberur, termasuk Sarundajang dimintakan mencari upaya solutif.

SHS mulai mengkonstruksi aneka ide, yang intinya bagaimana mengembangkan potensi Sulawesi Utara yang mampu memberikan multiplier-effect dalam berbagai sektor pembangunan. Segala potensi dielaborasi dalam ramuan ide, dengan menghubungkan antara potensi geostrategi, sumberdaya alam dan dukungan modal. Dia tertantang untuk mewujudkan apa yang disebut "result oriented government".

"Terbetik pemikiran tentang peran dan fungsi laut bagi lingkungan, yang kini menjadi isu sentral publik global. Tekad dan impian akan kebangkitan baru bagi kemajuan Sulawesi Utara dan Indonesia sebagai Negara Kepulauan terbesar, itulah yang terus bergelora, membakar semangat untuk tetap maju berjuang mewujudkan ide pelaksanaan "World Ocean Conference" di Manado Sulawesi Utara, dengan menembus blok-blok diplomasi lokal, nasional dan internasional.

Melalui WOC dan CTI Summit, Manado dan Sulawesi Utara semakin berubah, semakin maju, semakin berkembang dan semakin dikenal dunia. Momentum ini menjadi titik awal kebangkitan baru Sulawesi Utara untuk melangkah ke depan dalam mengemban tugas baru dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan Sulawesi Utara dan bangsa Indonesia.

              Sukses menata pemerintahan
Menata menejemen pemerintahan, sukses dilakukan Sarundajang didukung dua sosok sentral lainnya yaitu Wakil Gubernur Djouhari Kansil dan Siswa Rachmat Mokondongan sebagai Sekretaris Daerah.

Di tangan ketiganya yang kerap disebut the golden triangle (segitiga emas), Sulawesi Utara berdiri sejajar dengan provinsi lainnya di Indonesia dengan sejumlah prestasi.

Motto "Membangun Tanpa Korupsi", Provinsi Sulawesi Utara dua tahun berurutan memperoleh predikat opini pengelolaan keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) Wajar Tanpa Pengecualian ( WTP ). Selain itu provinsi yang disebut "Nyiur Melambai" menjadi yang terbaik dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

"SHS adalah guru, kakak sekaligus orang tua bagi kami. Semoga di HUT ke 68 tanggal 16 Januari 2013 ini, senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan. Selamat Hari Ulang Tahun. Tuhan Memberkati," kata keduanya.

Pewarta : Karel Polakitan
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024