Manado, (Antara Sulut) - Di mata Dr Noudy Tendean, keturunan ketiga pahlawan revolusi Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Tendean, sosok Pierre adalah figur pemberani, punya prinsip dan komitmen perjuangan yang patut diteladani oleh semua anak bangsa.
Pierre yang hidup pada masa revolusi, punya keyakinan kuat menyelamatkan negara dengan mengaku diri sebagai jenderal Nasution, yang saat itu diburu gerombolan PKI.
"Jenderal TNI merupakan simbol negara. Dan bagi Pierre itu sesuatu yang harus dilindungi walaupun nyawa yang akan menjadi taruhannya," kata Tendean yang saat ini dipercayakan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Sinyo H Sarundajang menjabat Kepala Biro Pemerintahan dan Humas.
Menurut Tendean, ketika mengaku sebagai Nasution, dibawa ke Lubang Buaya disiksa dan dieksekusi mati, Pierre sebetulnya mengambil alih cerita kehidupan yang semestinya dialami Nasution.
"Itulah yang perlu kita teladani. Dia memiliki jiwa patriot dan pantang menyerah. Itulah yang menjadi kebanggaan kami yang secara pribadi menjadi bagian dari Dotu Tendean," ungkapnya.
Tendean mengatakan teguh prinsip dan patriotisme Pierre senafas dengan pemaknaan marga yang sangat diyakini oleh suku Minahasa.
Marga "Tendean" kata dia, dapat diartikan tempat untuk bersandar dan terbentuk dari kata dasar "tende" yang artinya bersandar.
"Tendean" dapat juga dimaknai sebagai "Tinendean" yang berarti menopang atau menolong orang yang bersandar.
"Pemaknaan ini melekat bagi Pierre yang menopang atau menolong jenderal Nasution. Dia menjadi berkat bagi orang lain," ungkapnya.
Keberanian sosok Pierre kata dia, karena ada spirit membela tanah air yang semestinya harus digelorakan oleh segenap generasi muda di Indonesia.
Spirit nasionalisme adalah spirit yang mempersatukan semua anak bangsa, spirit yang semestinya tidak akan pernah padam walaupun gregetannya mulai memudar dan kehilangan semangat.
"Pierre yang menjadi spirit di masa revolusi hendaknya bisa menggelorakan sprit generasi muda, pilar pembangunan dan masa depan Indonesia," ungkapnya.
Sepertinya menurut Tendean, ada yang harus diubah sehingga rasa memiliki anak bangsa kembali bergelora, bersemangat seperti pahlawan-pahlawan yang memperjuangkan eksistensi negara ini.
"Harus diubah pola pikir pemuda masa kini. Coba kita kembali ke masa lalu. Setiap Senin kita melaksanakan upacara bendera. Tapi sekarang tinggal di hitung dengan jari," katanya.
Padahal semangat yang mau diangkat dari upacara bendera itu, kata dia, adalah menanamkan jiwa nasionalisme dan kebangsaan sehingga terbentuk komitmen kebangsaan dan persatuan seperti yang ditunjukkan para pahlawan.
Noudy mengharapkan, karya dan jasa yang telah ditorehkan para pahlawan mendapatkan perhatian lebih dan bukan hanya dikenang ketika kita mengheningkan cipta.
Banyak situs-situs yang bisa dijadikan tonggak mengenang jasa pahlawan kurang mendapatkan perhatian, kurang dipugar dan dibiarkan tidak terurus.
"Padahal mereka banyak jasa. Dan nilai kejuangan mereka bisa menjadi spirit bagi generasi berikutnya," kata dia.
@antarasulutcom
Pierre yang hidup pada masa revolusi, punya keyakinan kuat menyelamatkan negara dengan mengaku diri sebagai jenderal Nasution, yang saat itu diburu gerombolan PKI.
"Jenderal TNI merupakan simbol negara. Dan bagi Pierre itu sesuatu yang harus dilindungi walaupun nyawa yang akan menjadi taruhannya," kata Tendean yang saat ini dipercayakan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Sinyo H Sarundajang menjabat Kepala Biro Pemerintahan dan Humas.
Menurut Tendean, ketika mengaku sebagai Nasution, dibawa ke Lubang Buaya disiksa dan dieksekusi mati, Pierre sebetulnya mengambil alih cerita kehidupan yang semestinya dialami Nasution.
"Itulah yang perlu kita teladani. Dia memiliki jiwa patriot dan pantang menyerah. Itulah yang menjadi kebanggaan kami yang secara pribadi menjadi bagian dari Dotu Tendean," ungkapnya.
Tendean mengatakan teguh prinsip dan patriotisme Pierre senafas dengan pemaknaan marga yang sangat diyakini oleh suku Minahasa.
Marga "Tendean" kata dia, dapat diartikan tempat untuk bersandar dan terbentuk dari kata dasar "tende" yang artinya bersandar.
"Tendean" dapat juga dimaknai sebagai "Tinendean" yang berarti menopang atau menolong orang yang bersandar.
"Pemaknaan ini melekat bagi Pierre yang menopang atau menolong jenderal Nasution. Dia menjadi berkat bagi orang lain," ungkapnya.
Keberanian sosok Pierre kata dia, karena ada spirit membela tanah air yang semestinya harus digelorakan oleh segenap generasi muda di Indonesia.
Spirit nasionalisme adalah spirit yang mempersatukan semua anak bangsa, spirit yang semestinya tidak akan pernah padam walaupun gregetannya mulai memudar dan kehilangan semangat.
"Pierre yang menjadi spirit di masa revolusi hendaknya bisa menggelorakan sprit generasi muda, pilar pembangunan dan masa depan Indonesia," ungkapnya.
Sepertinya menurut Tendean, ada yang harus diubah sehingga rasa memiliki anak bangsa kembali bergelora, bersemangat seperti pahlawan-pahlawan yang memperjuangkan eksistensi negara ini.
"Harus diubah pola pikir pemuda masa kini. Coba kita kembali ke masa lalu. Setiap Senin kita melaksanakan upacara bendera. Tapi sekarang tinggal di hitung dengan jari," katanya.
Padahal semangat yang mau diangkat dari upacara bendera itu, kata dia, adalah menanamkan jiwa nasionalisme dan kebangsaan sehingga terbentuk komitmen kebangsaan dan persatuan seperti yang ditunjukkan para pahlawan.
Noudy mengharapkan, karya dan jasa yang telah ditorehkan para pahlawan mendapatkan perhatian lebih dan bukan hanya dikenang ketika kita mengheningkan cipta.
Banyak situs-situs yang bisa dijadikan tonggak mengenang jasa pahlawan kurang mendapatkan perhatian, kurang dipugar dan dibiarkan tidak terurus.
"Padahal mereka banyak jasa. Dan nilai kejuangan mereka bisa menjadi spirit bagi generasi berikutnya," kata dia.
@antarasulutcom