Manado (ANTARA) - Salah satu sumber pemerkaya bahasa Indonesia berasal dari kosakata bahasa daerah. Hal ini sangat disadari oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan di bidang bahasa dan sastra. Oleh karena itu, setiap tahun Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di seluruh Indonesia diminta untuk turut meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia dengan cara mengusulkan kosakata bahasa daerah. Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara sebagai UPT di wilayah Provinsi Sulawesi Utara pun seturut dengan UPT Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa lainnya turut melaksanakan kegiatan pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia dari bahasa daerah ini.

Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi jika kosakata bahasa daerah akan digunakan sebagai daya ungkap bahasa Indonesia. Syarat-syarat tersebut antara lain, kosakata tersebut belum terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena kosakata bahasa daerah ini akan diusulkan menjadi warga KBBI. Selain itu, kosakata tersebut memiliki konsep unik yang belum terdapat di dalam bahasa Indonesia. Kumpulan kosakata tersebut diusulkan setelah mengalami penyesuaian ejaan sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia sehingga nanti pelafalan dapat eufonik dan seturut dengan kaidah bahasa Indonesia.

Untuk pemenuhan kosakata bahasa daerah yang memiliki konsep unik, belum terdapat dalam KBBI, dan seturut kaidah ini dijaring melalui kegiatan inventarisasi kosakata bahasa daerah. Hasil kegiatan inventarisasi kosakata dapat digunakan untuk pemerkayaan kosakata. Di samping itu, hasil kegiatan ini pun dapat digunakan untuk penyusunan kamus, baik kamus bahasa daerah maupun kamus budaya daerah. Hal yang mendasar dari pemerkayaan kosakata ini adalah kumpulan data yang dihasilkan berupa konsep unik dan belum terdapat dalam KBBI.

Tim Kosakata Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara selama beberapa tahun terakhir juga telah melakukan kegiatan inventarisasi kosakata bahasa daerah di beberapa wilayah kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Utara. Tahun 2021 ini fokus wilayah pengambilan data bertempat di Kota Manado dengan bertitik tumpu pada bahasa Melayu Manado sebagai bahasa lingua franca di Kota Manado. Kegiatan pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan kosakata bahasa daerah yang berpotensi memperkaya kosakata bahasa Indonesia dan akan diusulkan ke dalam KBBI daring.

Kegiatan Inventarisasi Kosakata Bahasa Daerah Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2021 ini difokuskan pada beberapa bidang, antara lain budaya kuliner, bidang keagamaan, ungkapan, idiom, dan kosakata kemaritiman bahasa Melayu Manado. Hal ini cukup mendasar karena wilayah Kota Manado berada di pesisir pantai dan kehidupan masyarakatnya yang lekat dengan laut. Meskipun penulis berdasarkan kesepakatan tim bertugas pada bidang keagamaan, tetapi terbuka peluang lebar juga untuk bidang kemaritiman.

Pengambilan data inventarisasi kosakata bahasa Melayu Manado bidang kemaritiman dilakukan penulis di Sekretariat ANTRA (Asosiasi Nelayan Tradisional) di Daseng Panglima, Sario, Tumpaan. Gayung bersambut saat penulis diterima oleh Bapak Danny Telleng yang merupakan ketua kelompok perkumpulan di Daseng Panglima. Berikut beberapa kosakata bahasa Melayu Manado bidang kemaritiman yang terekam oleh penulis.

 

                     

Gambar 1 dan 2: Ketua Kelompok, Bapak Danny Telleng bersama penulis sekaligus pencari data di Daseng Panglima, Sario, Tumpaan.

(1)

 

Gambar 3 dan 4: bahateng, nibong, tatenga, singkoko, pake’. (1)

Setiap perahu tradisional di Sulawesi Utara memiliki beberapa susunan batang kayu yang melintang secara horisontal. Kayu utama berukuran paling besar bercat biru bernama bahateng. Selanjutnya, kayu penguat yang melekat di atas bahateng dan bercat putih bernama nibong yang terbuat dari kulit batang pinang.  Nibong terpilih karena jenis kayu tersebut ringan dan tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan perahu pada saat berlayar. Pengganti nibong, yaitu kayu kelapa, tetapi karena kayu kelapa agak berat meskipun juga cukup kokoh sehingga tidak menjadi pilihan utama.  Kayu penahan yang berada di tengah bernama tatenga dan kayu penahan terbawah bernama singkoko. Adapun tali penghubung yang menguatkan ketiga batang kayu ini bernama pake’ yang jumlah ikatannya harus berjumlah ganjil, minimal tiga ikatan atau lima ikatan atau tujuh ikatan, tergantung besar kecilnya perahu tradisional tersebut.

 

Gambar 5: tempat dudukan bahateng

(1) Gambar 6: totodo(1)

 

Totodo adalah ujung yang berbentuk runcing di depan perahu. Dahulu totodo diletakkan di bagian bawah perahu dan berbentuk seperti kait berfungsi untuk mematikan ikan besar yang langsung menancap pada dada atau perut ikan. Namun, seiring dengan wilayah pesisir pantai di Manado yang sudah langsung pasir dan batu akibat penimbunan akhirnya kebanyakan perahu nelayan tradisional tidak lagi meletakkan totodo di bagian ujung bawah perahu.

 

            

Gambar 7 dan 8: gagarang dan sambeta (1)

 

 

 

Perahu nelayan yang sudah diparkirkan di daratan dipasang penyeimbang perahu agar tidak bergoyang, alat penyeimbang perahu ini biasanya dari bambu batik atau balok kayu. Alat penyeimbang ini bernama gagarang dan diletakkan di sisi kanan-kiri sema-sema bagian depan. Adapula penyeimbang yang diletakkan di bagian badan atau tengah perahu bernama sambeta.

 

alat tradisional(1)


 

  Gambar 12, 13, dan 14: gogoloko adalah tempat tali pancing berbentuk bulat. Gogoloko ini terbuat dari kayu asli.

 

        

Gambar 17 pumpung

 

Umpan buatan yang terdiri dari bulu-bulu halus direkatkan pada mata kail dinamakan pumpung. Umpan ini akan menarik perhatian ikan-ikan yang akan menyergap pada ‘pumpung’ yang otomatis akan terkena gomala atau mata kail.

 

 

            Patiri adalah sambungan yang menghubungkan tali kail besar dan tali kail kecil pada alat penangkap ikan terbuat dari besi atau timah menyerupai anting-anting kecil.

 

Kekhasan kosakata kemaritiman yang ada dalam bahasa Melayu Manado diharapkan dapat memperkaya kosakata bahasa Indonesia dalam KBBI. Berharap beragam kosakata kemaritiman tersebut dapat digunakan sebagai daya ungkap bahasa Indonesia dari bahasa Melayu Manado. Semoga.
(Penulis adalah Peneliti Bahasa sekaligus Anggota KKLP Perkamusan dan Peristilahan di Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara Posel: nurul.qomariah73@gmail.com)

 

 


Pewarta : Nurul Qomariah
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024