Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada tahun 2022 nanti berada dikisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen.

"Memperhatikan perkembangan data-data indikator perekonomian terkini, kami memperkirakan pertumbuhan Ekonomi
Sulut menguat tahun 2022," kata Kepala BI Sulut Arbonas Hutabarat, di Manado, Jumat.

Dia mengatakan pada tahun 2021 ekonomi Sulut yaitu akan berada pada kisaran 4,2 persen sampai 5,0 persen (yoy) dan terus menunjukkan perbaikan pada kisaran 4,5 – 5,5 persen (yoy) pada tahun 2022.

Bercermin dinamika tahun 2021, katanya, terbatasnya aktivitas dan mobilitas masyarakat berpengaruh signifikan pada proses pemulihan ekonomi, proses vaksinasi berperan penting dalam mengawal peningkatan aktivitas di tengah kondisi pandemi yang masih berlangsung.

Memasuki tahun 2022, kata Arbonas, aktivitas masyarakat masih
akan menjadi kunci perbaikan perekonomian daerah.

"Kenaikan kasus aktif COVID-19 diharapkan tidak terjadi lagi pada 2022," jelasnya.

Tingkat vaksinasi yang relatif tinggi merupakan modal besar bagi
perekonomian Sulut untuk menjaga aktivitas yang mendukung normalisasi konsumsi domestik.

Selain itu, katanya, mobilitas diperkirakan akan berangsur mendekati level sebelum pandemi sehingga berdampak positif terhadap dua lapangan usaha utama Sulut yaitu transportasi dan perdagangan.

Dia menjelaskan selain itu, harga komoditas yang masih tinggi akan menjaga insentif produksi pada industri pengolahan dan perkebunan sebagai bahan baku.

Kinerja perikanan diperkirakan membaik seiring menurunnya anomali cuaca pada 2022.

Dari sisi perbankan, percepatan
penyaluran kredit menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, dari sisi pemerintah, anggaran APBN di Sulawesi Utara pada tahun 2022 cenderung mengalami penurunan terutama pada belanja modal.

Proyek-proyek strategis nasional di
Sulawesi Utara yang sudah hampir selesai pada tahun 2021 diperkirakan menjadi salah satu faktor penyebab anggaran belanja modal APBN di Sulut yang menurun.

Meski demikian, kenaikan DAK fisik dapat menjadi salah satu pendorong investasi pemerintah. Oleh karena itu perlu penguatan optimalisasi belanja modal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah tahun 2022.

Di tengah prospek perekonomian daerah pada tahun 2022, masih terdapat beberapa risiko perekonomian daerah yang perlu diperhatikan yaitu ketidakpastian perekonomian global yang relatifmasih tinggi, risiko gangguan mata rantai global serta risiko biaya logistik yang berada pada level tinggi di samping risiko penyebaran COVID-19 yang masih mengancam. Gangguan mata rantai global berdampak pada risiko perubahan sourcing produksi di berbagai negara.

Sementara itu, kenaikan biaya logistik berisiko menurunkan daya saing komoditas strategis Sulut.
 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024