Manado, (Antara Sulut) - Bepergian ke luar negeri seringkali menemukan pengalaman-pengalaman baru, termasuk yang dialami Prof Drs Tjiptohadi Sawarjuwono MEc PhD CPA saat berkunjung ke Kanada, empat bulan lalu.

Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya ini keheranan betapa susahnya membeli kartu perdana di Kanada. Berlawanan dengan kondisi di Tanah Air, provider mengobral kartu perdana (telepon seluler).

"Begitu mendarat di Bandara Kanada, saya langsung cari kartu perdana untuk menghindari `roaming`. Namun, sudah mendatangi empat `outlet` (gerai) belum juga mendapatkan kartu perdana," ujarnya saat menyampaikan kuliah tamu di MM Unsrat Manado, Selasa malam (17/7).

Penjaga gerai selalu bertanya berapa lama tinggal di Kanada, pria yang akrab dipanggil Pak Tjip ini mengatakan dirinya tinggal di Kanada tiga bulan. Karena hanya tiga bulan mereka tidak mau memberikan kartu perdana.

Mereka tetap tidak mau memberikan kendati Pak Tjip sudah menunjukkan paspor dan undangan dari universitas setempat.

"Mereka baru memberikan kartu perdana setelah saya menunjukkan kartu ATM (Anjungan Tunai Mandiri) bank dan mereka percaya setelah mengetahui data-data saya," ungkap Ketua Ketua Ikatan Akuntan Jatim ini.

Pengalaman lainnya, ujar dia, "handphone" di Kanada ternyata hanya bisa digunakan untuk satu provider saja, berbeda dengan di Tanah Air yang bisa berganti-ganti provider.

  Pembelajaran yang diambil Pak Tjip di negara tersebut adalah dengan kartu perdana tidak gampang diberikan agar tidak disalahgunakan. @antarasulutcom   

Pewarta : Agus Setiawan
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024