Manado (ANTARA) - "Semangat dan perjuangan Robert Wolter Mongisidi, adalah gambaran NKRI yang sesungguhnya, dan aktualisasi budaya Bantik". 

Pernyataan Wakil Wali Kota Manado, dr. Richard HM Sualang itu, memantik dan membakar semangat para generasi muda Bantik, yang berkumpul di lapangan Bantik Malalayang, yang merayakan hari pahlawan sekaligus peringatan pemakaman pahlawan nasional asal Sulawesi Utara yang merupakan Putra Suku Bantik, Robert "Bote" Wolter Mongisidi, Rabu sore.     

Sualang mengatakan, sebagai anak muda asal Sulawesi Utara, Bote justru mengajar di Makassar, Sulawesi Selatan, jauh dari tanah kelahirannya.  Wawali Kota Manado dr. Richard Sualang dan para tokoh anak Suku Bantik (jo/ANTARA) (1)
Namun katanya, justru di sana, Bote muda, bukan hanya menjadi pengajar namun berjuang bersama, melawan agresi penjajah untuk memperjuangkan kemerderkaan Indonesia, sampai menghembuskan nafas terakhirnya. 

Semangat juang Bote dan apa yang dilakukannya itu, itulah gambaran nyata NKRI, Bhinneka Tunggal Ika yang menjiwai persatuan Indonesia, dan harus menjadi milik semua generasi muda sekarang, terutama Sulawesi Utara dan Kota Manado. 

"Semangat pahlawan nasional ini harus dihayati dan mengilhami anak muda sekarang, maka yang ada sekarang, jangan sekali-kali melupakan sejarah," katanya. 

Tanggal 10 November, kata Sualang, bukan hanya kebetulan saja menjadi tanggal peringatan hari Pahlawan, namun menjadi tanggal bersejarah bagi seluruh Sulawesi Utara, khususnya para anak suku Bantik, karena menjadi saat dimana Bote juga dimakamkan. 

Apalagi saat itu juga menjadi saat bagi 11 anak suku tersebut merayakan festival budaya secara besar-besaran, sehingga mereka semua yang tersebar di daratan Sulawesi terkumpul di lapangan Bantik Malalayang. 

Sualang mengajak seluruh putra Bantik yang berasal dari 11 anak suku tersebut, untuk memberikan yang terbaik dalam karya mereka.  Wawali Kota Manado dr. Richard Sualang bersama Ketua KONI Manado, Rio Dondokambey, pada peringatan pari pahlawan dan festival budaya Bantik (jo/ANTARA) (1)
"Yang menjadi TNI, Polisi, pekerja swasta, pengusaha sampai ASN, jadilah yang terbaik, cetak prestasi gemilang untuk kemajuan bangsa," katanya.  

Sualang mengajak seluruh generasi muda Bantik untuk menjaga semangat yang dimiliki Bote, yang membuat seluruh Indonesia menghormatinya sehingga mengabadikan namanya sebagai nama jalan, Bandar Udara, kapal perang, yang membanggakan semua. 


Momen Aktualisasikan Budaya Bantik 

Tokoh masyarakat Bantik, Ronny Mongisidi, mengatakan, semangat Bote mendasari seluruh generasi muda untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya suku tersebut. 

"Kita yang ada sekarang jangan tinggal diam, mari tunjukan tradisi suku Bantik yang terbaik," katanya. 

Ronny Mongisidi juga mengingatkan seluruh generasi muda Bantik, agar jangan mengendorkan semangat, tetapi harus sangat berani dalam mengembangkan budaya.  Tokoh Bantik, Ronny Mongisidi, memberikan sambutan pada peringatan hari pahlawan dan festival budaya Bantik (jo/ANTARA) (1)
Perayaan hari pahlawan sekaligus peringatan pemakaman pahlawan nasional, Robert Wolter Mongisidi, di Makassar, katanya, menjadi saat semua anak suku Bantik bertemu dalam tradisi di Malalayang. 

Sementara tokoh muda Bantik, Erick Mongisidi, SH, yang merupakan salah satu kerabat yang punya hubungan darah langsung dengan Bote, mengatakan, selalu merasakan sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, setiap peringatan 10 November. 

Erik mengatakan, apa yang dilakukan Bote tersebut selalu menjadi motivasi bagi mereka sebagai generasi muda anak suku Bantik, untuk selalu berkarya di era digital saat ini, sebab mendarah daging pada setiap putra anak suku Bantik.  Budaya Upasa yang ditampilkan pada peringatan hari pahlawan dan festival budaya Bantik (jo/ANTARA) (1)
"Di era 4.0 ini, kemajuan teknologi memang sesuatu yang tak bisa dihindari tetapi adat tradisi yang baik, tetap kami pegang, karena itu adalah identitas kami sebagai anak bangsa terlebih dari Suku Bantik," katanya. 

Karena itulah, maka kata advokad muda itu, tradisi Mahamba dan Upasa tetap terpelihara dengan baik, bahkan para anak muda setiap anak suku, ikut memelihara dan menjadi bagian dari budaya tersebut. 

"Bahkan bisa dikatakan, sebagai generasi muda anak suku Bantik, memelihara tradisi dan budaya tersebut, bahkan sudah menjadi kewajiban kami," katanya.  tarian Mahamba yang ditampilkan anak muda dari anak suku Bantik Buha, pada peringatan hari pahlawan dan festival budaya Bantik (jo/ANTARA) (1)
Dia berharap hal tersebut menjadi motivasi bagi anak-anak muda lainnya di Manado, Sulawesi Utara bahkan Indonesia, yang sudah berkarya baik dan gemilang yang mencetak prestasi sampai ke dunia internasional. 

"Semangat pahlawan harus menjadi motivasi bagi kita berkarya, karena hebat itu artinya bisa berkarya gemilang tanpa melupakan tradisi dan identitas diri dan semangat Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan UU 1945," katanya. ** 

 

Pewarta : Joyce Hestyawatie B

Copyright © ANTARA 2024