Manado (ANTARA) - Pemerintah Indonesia kembali menggelar pelatihan pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan bersama dua negara mitra yaitu Nepal dan Madagaskar.
"Upaya pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan membutuhkan implementasi regulasi dan rencana aksi yang tepat, didukung dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia," kata Kepala PPSDM KEBTKE Kementerian ESDM Laode Sulaiman dalam keterangan yang dikutip dari Jakarta, Rabu.
Laode menjelaskan konsumsi energi global yang meningkat membuat potensi energi terbarukan menjadi topik yang menarik bagi banyak negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, Madagaskar, dan Nepal.
Kegiatan pelatihan berjudul "Training on rural electrification through micro hydro, solar PV, and waste to energy" ini digelar secara virtual selama tiga hari pada 2 sampai 4 November 2021.
Terdapat 33 peserta yang memiliki pengalaman dan latar belakang di sektor energi mengikuti kegiatan tersebut dengan komposisi 10 peserta dari Indonesia, 12 peserta dari Madagaskar, dan 11 peserta dari Nepal.
Pemerintah Indonesia memandang bahwa pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan memerlukan kolaborasi antara pemangku kepentingan, juga pengharmonisasian kebijakan dari hulu ke hilir terkait perencanaan dan pengembangan energi baru terbarukan.
"Kami berkomitmen untuk mendukung dan membangun kompetensi sumber daya manusia terkait sektor energi terbarukan terutama pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga air skala kecil, dan pengelolaan sampah," ujar Laode.
South-South Triangular Cooperation on Renewable Energy (SSTC RE) yang kini digelar merupakan forum kemitraan antar negara tentang energi terbarukan yang dilaksanakan secara berkelanjutan sejak 2021 hingga 2023.
Kegiatan bulan November ini merupakan kegiatan kedua yang telah berlangsung dan merupakan flagship program kerja sama negara-negara berkembang di Indonesia.
Kemitraan ini dilaksanakan dengan dukungan pendanaan dari Indonesian-German project on the Strengthening Capacities for Policy Planning for the Implementation of the 2030 Agenda in Indonesia and in the Global South (SDGs SSTC).
"Kemitraan ini mengandung semangat leave no one behind. Dalam kegiatan kedua ini adanya partisipasi peserta dari beberapa sektor swasta seperti perusahaan dan akademisi serta peningkatan jumlah peserta perempuan mencapai 39 persen," kata Koordinator Komponen Listrik Pedesaan PERER GIZ Madagaskar Jasper Haerig.
Pada pelatihan ini para peserta mempelajari perencanaan dan pengembangan energi terbarukan terkait pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga air skala kecil, dan pengelolaan sampah menjadi energi di Indonesia.
Mereka juga berdiskusi mengenai penerapan energi terbarukan dan tantangan yang dialami di negara masing-masing.
Kegiatan ini menghadirkan Tri Mumpuni dari Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) sebagai pengajar. Selain itu, pengajar lain berasal dari PT Gerbang Multindo Nusantara dan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung.
"Upaya pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan membutuhkan implementasi regulasi dan rencana aksi yang tepat, didukung dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia," kata Kepala PPSDM KEBTKE Kementerian ESDM Laode Sulaiman dalam keterangan yang dikutip dari Jakarta, Rabu.
Laode menjelaskan konsumsi energi global yang meningkat membuat potensi energi terbarukan menjadi topik yang menarik bagi banyak negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, Madagaskar, dan Nepal.
Kegiatan pelatihan berjudul "Training on rural electrification through micro hydro, solar PV, and waste to energy" ini digelar secara virtual selama tiga hari pada 2 sampai 4 November 2021.
Terdapat 33 peserta yang memiliki pengalaman dan latar belakang di sektor energi mengikuti kegiatan tersebut dengan komposisi 10 peserta dari Indonesia, 12 peserta dari Madagaskar, dan 11 peserta dari Nepal.
Pemerintah Indonesia memandang bahwa pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan memerlukan kolaborasi antara pemangku kepentingan, juga pengharmonisasian kebijakan dari hulu ke hilir terkait perencanaan dan pengembangan energi baru terbarukan.
"Kami berkomitmen untuk mendukung dan membangun kompetensi sumber daya manusia terkait sektor energi terbarukan terutama pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga air skala kecil, dan pengelolaan sampah," ujar Laode.
South-South Triangular Cooperation on Renewable Energy (SSTC RE) yang kini digelar merupakan forum kemitraan antar negara tentang energi terbarukan yang dilaksanakan secara berkelanjutan sejak 2021 hingga 2023.
Kegiatan bulan November ini merupakan kegiatan kedua yang telah berlangsung dan merupakan flagship program kerja sama negara-negara berkembang di Indonesia.
Kemitraan ini dilaksanakan dengan dukungan pendanaan dari Indonesian-German project on the Strengthening Capacities for Policy Planning for the Implementation of the 2030 Agenda in Indonesia and in the Global South (SDGs SSTC).
"Kemitraan ini mengandung semangat leave no one behind. Dalam kegiatan kedua ini adanya partisipasi peserta dari beberapa sektor swasta seperti perusahaan dan akademisi serta peningkatan jumlah peserta perempuan mencapai 39 persen," kata Koordinator Komponen Listrik Pedesaan PERER GIZ Madagaskar Jasper Haerig.
Pada pelatihan ini para peserta mempelajari perencanaan dan pengembangan energi terbarukan terkait pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga air skala kecil, dan pengelolaan sampah menjadi energi di Indonesia.
Mereka juga berdiskusi mengenai penerapan energi terbarukan dan tantangan yang dialami di negara masing-masing.
Kegiatan ini menghadirkan Tri Mumpuni dari Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) sebagai pengajar. Selain itu, pengajar lain berasal dari PT Gerbang Multindo Nusantara dan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung.