Manado, (Antara Sulut) - Pengamat politik dari Universitas Sam Ratulangi, Drs Mahyudin Damis MSi mengatakan pencalonan Joko Widodo dan Alex Noerdin sebagai calon Gubernur DKI Jakarta menunjukkan partai politik besar gagal melahirkan kader-kader partai yang bagus.

"Meskipun belum diatur dalam undang-undang, pencalonan mereka menyalahi etika dan moral politik," ujar Mahyudin Damis di Manado, Jumat, menanggapi pencalonan Wali kota Solo, Djoko Widodo oleh PDIP dan Gerindra serta Gubernur Sumsel, Alex Noerdin, sebagai calon Gubernur DKI Jakarta oleh Partai Golkar dan sejumlah partai.

Dia mempertanyakan bagaimana rakyar bisa berharap pada kepala daerah yang memiliki karakter bagus jika partai politik sendiri tidak mengutamakan nilai, etika dan moral politik.

Mahyudin mengatakan beberapa kepala daerah dan anggota DPR RI yang mencalonkan diri dalam Pilkada DKI tersebut sudah memperoleh mandat dari daerah pemilihan masing-masing, lalu kenapa mandat tersebut kemudian dipinggirkan demi kekuasaaan yang lebih bergengsi.

"Inilah bentuk nyata penghianatan kepada rakyatnya," ujar Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Sulawesi Utara tersebut.

Selain itu, katanya, pencalonan tersebut juga merupakan bentuk ketidakkonsistenan dalam pelayanan publik.

"Mereka ini dibutuhkan oleh masyarakat yang sudah memilihnya. Orang Solo, orang Sumatra Selatan dan orang Bangka Belitung juga membutuhkan pemimpin yang bagus-bagus. Lalu kenapa para pemimpin ini mengkhianati rakyatnya," katanya.

Menurut Mahyudin, para pemimpin daerah tersebut sudah diberi mandat oleh warga masyarakat agar daerahnya bisa maju seperti daerah-daerah lain sehingga mereka dipilih.

"Kalau mereka ditarik oleh DPP partainya, justru disini letak partai besar gagal menciptakan kader partai bagus sebanyak mungkin, akhirnya yang terjadi adalah pencopotan. Apa rakyat daerahnya masing-masing mengikhlaskan karena mereka juga butuh pemimpin yang baik," katanya.

Dengan kejadian ini, ujar dia, pilihan rakyat kepada pemimpin-pemimpin yang diangggap bagus bisa-bisa dibebani kekhawatiran kalau nanti dicopot di tengah jalan karena ditempatkan ke daerah lain. 


Pewarta : Agus Setiawan
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024