Manado (ANTARA) - Permintaan madu lebah klanceng (trigona) di tempat budi daya klanceng di Dusun Kajeran, Desa Pendowo, Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, selama pandemi COVID-19 meningkat.

Pembudidaya klanceng warga Dusun Kajeran, Desa Pendowo, Kecamatan Kranggan, Yanto di Temanggung, Sabtu, mengatakan sebelum pandemi dalam satu bulan permintaan madu klanceng sekitar 8 liter per bulan, sekarang bisa mencapai 15 liter per bulan.

Madu klanceng dihasilkan oleh lebah klanceng yang memiliki rasa agak masam jika dibandingkan dengan madu lainnya. Madu klanceng lebih encer dan diklaim memiliki manfaat kesehatan yang lebih banyak dibandingkan dengan madu lainnya.

"Kami hanya melayani tamu yang datang saja atau kalau sudah kenal bisa lewat telepon untuk membeli atau memesan madu klanceng dengan harga Rp150 ribu/250 ml," katanya.

Ia mengaku sebelum pandemi memang belum banyak kandang lebah yang dimilikinya, karena lebih banyak dijual untuk dikembangkan peternak lain.

"Akhir-akhir ini ternyata banyak permintaan madu sehingga kami memperbanyak lagi kandang klanceng untuk diambil madunya. Selama pandemi ini, karena banyak permintaan kadang kami kehabisan stok sehingga kami harus mengambil dari mitra kami yang merupakan peternak binaan kami," katanya.

Menurut dia harga madu klanceng dengan madu lebah biasa (apis) lebih mahal madu klannceng. Kalau madu klanceng dengan botol ukuran 250 ml dengan harga Rp150 ribu, sedangkan madu apis hanya Rp125 ribu dengan ukuran yang sama.

Yanto menyampaikan pihaknya lebih memilih budi daya lebah klanceng ini karena mudah, karena tidak harus menggembalakan dan tidak harus memberi makan.

"Untuk beternak klanceng yang penting harus banyak menanam, ternak lebah klanceng ramah lingkungan, tidak ada polusi, kemudian juga ramah dengan manusia karena tidak menyengat seperti lebah lain," katanya. 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024