Manado (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mulai mengembangkan pusat inkubasi tanaman nusantara sebagai upaya penguatan konservasi dan pengembangan hasil hutan bukan kayu di daerah tersebut.
"Pusat inkubasi tanaman nusantara ini akan ditempatkan di Tahura Wan Abdul Rachman Kabupaten Pesawaran, dan akan mulai ditanam tahun ini," ujar Kepala Dinas Perhutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, di Bandarlampung, Rabu.
Menurut dia, pembentukan dan penanaman pusat inkubasi tanaman nusantara tersebut menjadi salah satu bentuk penguatan konservasi keanekaragaman hayati, sembari melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan hasil hutan bukan kayu.
"Kita sudah dapat sumber bibitnya, saat ini dalam tahapan koordinasi dengan petani yang mengelola tanaman di kawasan tersebut," katanya.
Ia menjelaskan dalam kawasan tersebut akan ditanam sejumlah tanaman seperti anggrek, nangka, bambu, durian dan banyak tanaman lainnya bukan kayu.
"Banyak jenis yang akan ditanam disana, dan yang pasti kita pun akan menanam tanaman lokal langka seperti mangga isem kumbang, juwet, buni. Ini dilakukan untuk menjaga agar tanaman lokal tersebut tidak punah," ujarnya.
Dalam upaya konservasi dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan hasil hutan bukan kayu tersebut, pemerintah akan bekerjasama dengan sejumlah pihak dalam penyediaan bibit untuk konservasi.
"Kita tidak bekerja sendiri, kami juga mengajak sejumlah pihak dalam melakukan konservasi ini, salah satunya seperti Bukit Asam yang siap melakukan penanaman 40 jenis bibit bambu untuk membentuk taman koleksi bambu nusantara. Jadi nanti dari beragam tanaman yang ditanam masyarakat bisa manfaatkan buahnya, dan upaya konservasi terus berjalan pula," katanya.
Saat ini, Taman Hutan Rakyat (Tahura) Wan Abdul Rachman di Kabupaten Pesawaran, Lampung, memiliki bentang alam seluas 22.244 hektare. Meski demikian, belum dapat diketahui luasan lahan yang akan dimanfaatkan sebagai pusat inkubasi tanaman nusantara tersebut.
"Pusat inkubasi tanaman nusantara ini akan ditempatkan di Tahura Wan Abdul Rachman Kabupaten Pesawaran, dan akan mulai ditanam tahun ini," ujar Kepala Dinas Perhutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, di Bandarlampung, Rabu.
Menurut dia, pembentukan dan penanaman pusat inkubasi tanaman nusantara tersebut menjadi salah satu bentuk penguatan konservasi keanekaragaman hayati, sembari melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan hasil hutan bukan kayu.
"Kita sudah dapat sumber bibitnya, saat ini dalam tahapan koordinasi dengan petani yang mengelola tanaman di kawasan tersebut," katanya.
Ia menjelaskan dalam kawasan tersebut akan ditanam sejumlah tanaman seperti anggrek, nangka, bambu, durian dan banyak tanaman lainnya bukan kayu.
"Banyak jenis yang akan ditanam disana, dan yang pasti kita pun akan menanam tanaman lokal langka seperti mangga isem kumbang, juwet, buni. Ini dilakukan untuk menjaga agar tanaman lokal tersebut tidak punah," ujarnya.
Dalam upaya konservasi dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan hasil hutan bukan kayu tersebut, pemerintah akan bekerjasama dengan sejumlah pihak dalam penyediaan bibit untuk konservasi.
"Kita tidak bekerja sendiri, kami juga mengajak sejumlah pihak dalam melakukan konservasi ini, salah satunya seperti Bukit Asam yang siap melakukan penanaman 40 jenis bibit bambu untuk membentuk taman koleksi bambu nusantara. Jadi nanti dari beragam tanaman yang ditanam masyarakat bisa manfaatkan buahnya, dan upaya konservasi terus berjalan pula," katanya.
Saat ini, Taman Hutan Rakyat (Tahura) Wan Abdul Rachman di Kabupaten Pesawaran, Lampung, memiliki bentang alam seluas 22.244 hektare. Meski demikian, belum dapat diketahui luasan lahan yang akan dimanfaatkan sebagai pusat inkubasi tanaman nusantara tersebut.