Pesan damai dalam judul tersebut tentu mengingatkan kita akan sambutan Natal 25 Desember, dimana umat Kristiani di seantero dunia akan menyambut dengan penuh sukacita.
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi ...." demikian arti sesungguhnya dalam bahasa Indonesia, karena kalimat Gloria in excelsis Deo, merupakan bahasa Latin yang banyak dikenal warga Kristiani.
"Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.'" (Lukas 2:13-14)
Bacaan ayat Alkitab itu selalu dibacakan di setiap kebaktian pra Natal atau menyambut kelahiran Yesus Kristus, oleh setiap pemimpin ibadah.
Natal bagi umat Kristiani di Sulut selalu dilaksanakan dengan penuh hikmah, dengan harapan sukacita kelahiran sang Juru Selamat itu laksana pembawa damai dan harapan baru dalam kehidupan umat manusia.
Sementara itu, pandangan banyak orang bahwa perayaan Natal di Sulut selalu diibaratkan dengan menyediakan semua hidangan dan kebutuhan primer-sekunder setiap akhir tahun.
Asesoris seperti pohon Natal yang banyak dihiasi lampu-lampu gemerlap dan kado, juga adanya sang pembawa hadiah "Santa Claus" di setiap rumah.
Padahal kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini melalui kelahiran dari darah Maria, dalam kondisi yang sangat sederhana di kandang binatang, dan tidak semewah seperti saat ini ketika banyak ibu-ibu melahirkan bayi di Rumah sakit.
Biarlah asesoris Natal itu menjalar di setiap rumah warga, namun makna dari Kelahiran Yesus Kristus harus benar--benar ditanamkan dalam hati sanubari setiap umat manusia.
Natal Sederhana
Sementara itu, disatu sisi Pemerintah Kota mengimbau warga Manado yang beragama Kristen untuk menghadapi Natal dengan kesederhanaan, tidak dengan pesta pora.
"Kami mengajak masyarakat menyambut natal Yesus Kristus dengan hati yang sederhana jangan dengan pesta pora, supaya jangan kita sibuk menyusahkan diri dengan memaksakan pendapatan yang lebih, tetapi cukupkan dengan apa yang ada," kata Wali Kota Manado Vicky Lumentut.
Lumentut menjelaskan dalam menyambut Natal setiap orang jangan hanya memikirkan persiapan jasmani saja dan bagaimana menggelar pesta, tetapi harus mengutamakan menyiapkan hati dalam menyambut kelahiran Sang Juru Selamat.
Dalam berbagai perayaan menyambut Natal, jangan sampai mengabaikan hal yang paling penting seperti ibadah dan kasih, namun yang paling utama adalah bagaimana membawa damai dalam kehidupan sesama umat manusia, kata Lumentut.
Selain itu Lumentut juga mengajak seluruh warga Manado untuk saling menjaga kerukunan karena merupakan modal utama untuk tetap mempertahankan persatuan, kesatuan dan keamanan di Kota Manado untuk kepentingan bersama.
Kepada seluruh masyarakat kota Manado Lumentut berpesan bahwa kelahiran Yesus Kristus adalah untuk semua manusia dan membawa kasih dan damai. Karena itu harus juga dipraktikkan dalam kehidupan setiap hari oleh semua manusia.
Hal menarik lainnya ketika perayaan Natal di Manado, dimana umat Kristiani secara khusyuk merayakan Natal di gereja-gereja, sejumlah warga non Kristen, seperti ormas Banser dan Ansor serta Remaja Masjid, selalu menjaga keamanan dan ketertiban.
Itu merupakan budaya sejak dulu yang ditanamkan para leluhur, karena saling menjaga merupakan bentuk dan sikap toleransi antar umat beragama.
Hal itu diakui sendiri Ketua GP Ansor Sulut Benny Rhamdani serta tokoh agama dari Kristen seperti penatua Roy Roring dan Djendry Keintjem.
Kiranya jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2010 memiliki makna khusus akan kemulian Tuhan yang tinggi bagi umat manusia, dengan selalu menjaga kebersamaan dan saling tolong menolong.
Malaikat-malaikat, yang siang malam bersama-sama Allah "di tempat yang mahatinggi", yang "berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya, dan di sebelah kiri-Nya" (1 Raja-raja 22:19), pasti sangat menghayati makna pemandangan mahasederhana di Natal.
* Wartawan ANTARA di Pemprov dan DPRD Sulut.
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi ...." demikian arti sesungguhnya dalam bahasa Indonesia, karena kalimat Gloria in excelsis Deo, merupakan bahasa Latin yang banyak dikenal warga Kristiani.
"Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.'" (Lukas 2:13-14)
Bacaan ayat Alkitab itu selalu dibacakan di setiap kebaktian pra Natal atau menyambut kelahiran Yesus Kristus, oleh setiap pemimpin ibadah.
Natal bagi umat Kristiani di Sulut selalu dilaksanakan dengan penuh hikmah, dengan harapan sukacita kelahiran sang Juru Selamat itu laksana pembawa damai dan harapan baru dalam kehidupan umat manusia.
Sementara itu, pandangan banyak orang bahwa perayaan Natal di Sulut selalu diibaratkan dengan menyediakan semua hidangan dan kebutuhan primer-sekunder setiap akhir tahun.
Asesoris seperti pohon Natal yang banyak dihiasi lampu-lampu gemerlap dan kado, juga adanya sang pembawa hadiah "Santa Claus" di setiap rumah.
Padahal kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini melalui kelahiran dari darah Maria, dalam kondisi yang sangat sederhana di kandang binatang, dan tidak semewah seperti saat ini ketika banyak ibu-ibu melahirkan bayi di Rumah sakit.
Biarlah asesoris Natal itu menjalar di setiap rumah warga, namun makna dari Kelahiran Yesus Kristus harus benar--benar ditanamkan dalam hati sanubari setiap umat manusia.
Natal Sederhana
Sementara itu, disatu sisi Pemerintah Kota mengimbau warga Manado yang beragama Kristen untuk menghadapi Natal dengan kesederhanaan, tidak dengan pesta pora.
"Kami mengajak masyarakat menyambut natal Yesus Kristus dengan hati yang sederhana jangan dengan pesta pora, supaya jangan kita sibuk menyusahkan diri dengan memaksakan pendapatan yang lebih, tetapi cukupkan dengan apa yang ada," kata Wali Kota Manado Vicky Lumentut.
Lumentut menjelaskan dalam menyambut Natal setiap orang jangan hanya memikirkan persiapan jasmani saja dan bagaimana menggelar pesta, tetapi harus mengutamakan menyiapkan hati dalam menyambut kelahiran Sang Juru Selamat.
Dalam berbagai perayaan menyambut Natal, jangan sampai mengabaikan hal yang paling penting seperti ibadah dan kasih, namun yang paling utama adalah bagaimana membawa damai dalam kehidupan sesama umat manusia, kata Lumentut.
Selain itu Lumentut juga mengajak seluruh warga Manado untuk saling menjaga kerukunan karena merupakan modal utama untuk tetap mempertahankan persatuan, kesatuan dan keamanan di Kota Manado untuk kepentingan bersama.
Kepada seluruh masyarakat kota Manado Lumentut berpesan bahwa kelahiran Yesus Kristus adalah untuk semua manusia dan membawa kasih dan damai. Karena itu harus juga dipraktikkan dalam kehidupan setiap hari oleh semua manusia.
Hal menarik lainnya ketika perayaan Natal di Manado, dimana umat Kristiani secara khusyuk merayakan Natal di gereja-gereja, sejumlah warga non Kristen, seperti ormas Banser dan Ansor serta Remaja Masjid, selalu menjaga keamanan dan ketertiban.
Itu merupakan budaya sejak dulu yang ditanamkan para leluhur, karena saling menjaga merupakan bentuk dan sikap toleransi antar umat beragama.
Hal itu diakui sendiri Ketua GP Ansor Sulut Benny Rhamdani serta tokoh agama dari Kristen seperti penatua Roy Roring dan Djendry Keintjem.
Kiranya jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2010 memiliki makna khusus akan kemulian Tuhan yang tinggi bagi umat manusia, dengan selalu menjaga kebersamaan dan saling tolong menolong.
Malaikat-malaikat, yang siang malam bersama-sama Allah "di tempat yang mahatinggi", yang "berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya, dan di sebelah kiri-Nya" (1 Raja-raja 22:19), pasti sangat menghayati makna pemandangan mahasederhana di Natal.
* Wartawan ANTARA di Pemprov dan DPRD Sulut.