Manado (ANTARA) -
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Utara, Diano Tino Tandaju mengatakan, keluarga menjadi komponen penting untuk mencegah dan menangani kekerdilan (stunting).

"Masalah gizi, sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup keluarga yaitu praktik pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum, masa kehamilan, setelah melahirkan serta kurangnya akses mengonsumsi makanan bergizi," ujar Tandaju di Manado, Selasa.

Kekerdilan,  menurut dia, adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. 

Anak tergolong kerdil apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya. 

Bayi di bawah usia dua tahun yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. 

Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.

Tandaju mengatakan, dalam pencegahan kekerdilan perlu dititikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi yang langsung maupun tidak langsung. 

Penyebab langsung mencakup masalah kurangnya asupan gizi dan penyakit infeksi, sementara penyebab tidak langsung mencakup ketahanan pangan (akses pangan bergizi), lingkungan sosial (pemberian makanan bayi dan anak, kebersihan, pendidikan, dan tempat kerja), lingkungan kesehatan (akses pelayanan preventif dan kuratif), dan lingkungan pemukiman (akses air bersih, air minum, dan sarana sanitasi. 

Faktor-faktor tidak langsung tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak, sementara intervensi terhadap keempat faktor penyebab tidak langsung diharapkan dapat mencegah masalah gizi. 

"Kita semua mengharapkan melalui keluarga dapat mewujudkan sumber daya manusia unggul menuju Indonesia maju," ujarnya.

Penanganan sumber daya manusia, sebut dia, adalah tugas bersama sehingga seluruh masyarakat baik jajaran pemerintah, mitra kerja dan seluruh masyarakat diharapkan saling bahu-membahu, hidup saling bergotong-royong dalam mengatasi permasalahan yang ada di depan kita. 

"Terima kasih atas sinergitas yang luar biasa antara BKKBN, dengan Tim Penggerak PKK, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota mitra-mitra BKKBN, para kader dan PKB/PLKB serta pengelola Program Bangga Kencana dalam membangun bangsa mewujudkan Indonesia sejahtera," ujarnya.

Perwakilan BKKBN Sulut menggelar apel memperingati Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) yang ke- 28, apel tersebut dipimpin Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulut Diano. Tino Tandaju sekaligus membacakan amanat tertulis Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo.***3*** 

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024