Manado (ANTARA) - Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Utara, Diano Tino Tandaju mengatakan 19.973 keluarga di provinsi berpenduduk lebih dari 2,6 juta jiwa itu memiliki anak stunting.

"Dari jumlah keluarga itu memiliki anak berusia di bawah dua tahun yang terpapar stunting," ujar Diano di Manado, Selasa.

Belasan ribu keluarga yang memiliki anak 'stunting' itu menyebar di empat daerah yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten Minahasa Utara.

"Memang angka stunting yang ada di Indonesia, kita (Sulut) salah satu yang terendah, akan tetapi ini harus diintervensi untuk diturunkan," sebutnya.

Upaya yang harus dilakukan untuk menurunkan angka 'stunting' ini adalah melalui komunikasi, informasi dan edukasi menumbuhkan kesadaran.

"Kondisi stunting ini disebabkan dua hal yaitu gizi buruk dan ketidaktahuan," ujarnya.

Gizi buruk menurut dia dapat diintervensi melalui pemberian makanan tambahan, sementara ketidaktahuan melalui sosialisasi atau penyebarluasan informasi secara merata ke masyarakat.

"Ketidaktahuan kita berikan sosialisasi, ini yang terus kita lakukan agar informasi terkait pencegahan stunting tersampaikan ke masyarakat," katanya.

Kondisi 'stunting' ada karena ketidaktahuan masyarakat memberi perhatian pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan, sehingga ketika terjadi kehamilan seorang ibu akan makan makanan dengan cakupan gizi yang memadai.

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024