Manado (Antara News) - Ekspor ikan betutu (marbel goby) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) ke Singapura dan Malaysia dalam enam bulan terakhir ini terhambat akibat stok ikan di Danau Tondano terus berkurang.

"Permintaan kedua negara tersebut sangat besar, tetapi stok ikan berkurang, terutama ukuran 300 gram ke atas sesuai spesifikasi pasar yang diminta, yakni satu kilogram berisi tiga ekor (satu berbanding tiga)," kata Direktur UD Tumou Tou, Max Korengkeng di Manado, Selasa.

Max yang memimpin perusahaan ekspor ikan betutu berlokasi di Sulut itu mengatakan, pemerintah daerah setempat perlu mengatur para nelayan sekitar danau tersebut untuk jangan menangkap ikan berukuran kecil (300 gram ke bawah) karena keuntungan diperoleh berbeda jauh bila dibandingkan spesifikasi ekspor.

"Ikan betutu ukuran 250 gram misalnya, hanya dihargai Rp10 ribu per kilogram (kg), padahal kalau bisa mengembangkan untuk ukuran satu kilogram tiga ekor atau di atas 300 gram sebagaimana diminta pasar, dapat terjual minimal Rp100 ribu per kg," kata Max.

Harga jual tersebut, kata Max dapat lebih tinggi lagi, sebab permintaan pembeli Singapura dan Malaysia sangat tinggi menyusul konsumsi oleh masyarakat negara tersebut terhadap ikan jenis ini.

"Kepercayaan masyarakat di kedua negara itu,  bila sering mengkonsumsi ikan betutu semua usaha pasti berjalan lancar, karena ikan ini ternyata jadi lambang shio tertentu, tak heran bila permintaan sangat banyak," kata Max.

Ekspor ikan betutu Sulut ke dua negara tersebut, pada tahun 2008 hingga semester pertama tahun 2009 berkisar 12-15 ton tiap bulan, dengan permintaan datang setiap minggu rata-rata tiga kali atau setiap dua hari sekali dikirim satu ton.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut, Hanny Wajong mengatakan, ikan betutu merupakan komoditas baru muncul tetapi punya prospek sangat bagus.

"Selain harga tinggi, ikan betutu merupakan ikan khas Danau Tondano, sehingga sebenarnya mudah membudidayakannya," kata Hanny. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024