Makassar (ANTARA Sulsel) - Demokrasi ala Malaysia dinilai mampu membawa ke arah kesejahteraan karena demokrasi bukan sebagai suatu ancaman, melainkan menjadi alat atau sistem untuk kesejahteraan rakyat, kata Dr Mahathir Muhammad di Baruga Pettarani, di Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis.

"Konsep demokrasi ala Malaysia, meskipun mengadopsi konsep monarchy dengan sistem kerajaan, namun bukan sistem feodal seperti dahulu," kata mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia itu pada Seminar Internasional yang bertajuk "Demokrasi untuk Kesejahteraan Rakyat".

Menurut dia, dengan sistem tersebut, demokrasi ala Malaysia itu dipahami bahwa raja tidak mempunyai kekuasaan sama sekali, namun dalam menjalankan pemerintahannya mendapat nasihat dari pemimpin-pemimpin pilihan rakyat.

Para pemimpin tersebut, lanjutnya, berperan menghubungkan raja dan rakyatnya agar keduanya tidak bertentangan. Hal seperti ini juga dianut Inggris yang muara dari kekuasaan itu untuk kesejahteraan rakyat.

Keberhasilan pemerintah Malaysia dibawah kepemimpinan Mahathir ketika itu, dinilai mampu mengubah wajah Malaysia menjadi lebih maju dan masyarakatnya sejahtera.

Menjawab pertanyaan forum mengenai upaya pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan hal yang sama, ia mengatakan, SBY membutuhkan waktu yang cukup, sehingga dengan dua kali masa pemerintahannya itu dianggap sudah mencoba ke arah itu, namun masih sulit.

"Upaya itu sudah dilakukan SBY sedikit demi sedikit, jadi harus bersabar," ujarnya.

Sementara menyoal kemampuan Malaysia dari sisi ekonomi dan terlepas dari tekanan para donor asing, Mahathir mengatakan, Pemerintah Malaysia mengumpulkan uang sendiri untuk membangun negaranya, sehingga bisa berjaya tanpa didikte oleh negara-negara maju.

Apabila membandingkan kemajuan Indonesia dan Malaysia, ia mengatakan, upaya pemerintah Indonesia yang terkesan lamban dibanding Malaysia dalam mencapai kemajuan, tidak terlepas dari luas wilayah Indonesia dan jumlah penduduknya yang cukup besar.

Menurut dia, di Malaysia cukup kecil wilayah dan penduduknya, sehingga yang tingkat kesejahteraan masih kurang, mampu ditutupi atau dibantu dari negara dan wilayah yang lebih makmur.

Seusai menjadi pembicara, mantan PM Malaysia ini bertemu dengan sedikitnya 100 mahasiswa asal Malaysia yang melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanudin. Pertemuan tersebut digelar di Rumah Sakit Penelitian (RSP) Universitas Hasanudin.

Mahasiswa asal negeri Jiran ini yang menuntut ilmu di berbagai fakultas di Unhas, tercatat kurang lebih 400 orang.
(T.S036/B013)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024