Manado (ANTARA) - Kepala Disperindag Sulut Edwin Kindangen memperkirakan harga cabai rawit yang tinggi saat ini akan bertahan hingga akhir Maret 2021.

"Hal ini dikarenakan musim panen cabai di Sulut nanti di akhir Maret 2021," kata dia di Manado, Jumat.

Oleh karena itu, pemerintah berharap, masyarakat untuk mengurangi konsumsi cabai karena stok sedang berkurang, yang mengakibatkan harga menjadi mahal.

Masyarakat di Sulut, katanya, memang unik karena telah menjadikan cabai rawit sebagai salah satu kebutuhan pokok juga.

"Mereka tidak bisa makan tanpa ada cabai," katanya.

Harga cabai rawit saat ini masih tinggi, yakni berada di atas Rp80.000 per kg. Harga ini diperkirakan masih akan bertahan hingga minggu kedua atau ketiga Maret 2021.

“Saat ini harga cabai rawit di Sulut memang masih tinggi. Tingginya harga cabai ini terjadi merata di seluruh Indonesia, termasuk di provinsi tetangga," jelasnya.

Tingginya harga cabai rawit ini karena memang harga di tingkat petani sudah tinggi yakni di kisaran Rp60.000 per kilogram. Hal ini karena produksi dari petani yang masih sedikit.

“Stok memang berkurang, namun hanya sedikit, dan untuk saat ini harganya belum bisa kembali ke kisaran Rp40 ribu per kilogram,” katanya.

Ia mengatakan panen cabai rawit diperkirakan akan terjadi pada Maret atau April 2021sehingga harga diperkirakan baru akan turun saat itu.

Menurut sejumlah pedagang di Pasar Segar Manado, stok cabai mereka memang sedikit, dan harus membeli ke petani dengan harga mahal.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024