Jakarta (ANTARA) - Koordinator Residen PBB Valerie Juliand mengapresiasi upaya Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk fokus pada pembangunan desa sesuai dengan target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tingkat desa atau disebut SDGs Desa.
"Terima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) yang telah memberikan perhatian khusus terhadap isu SDGs. Dan saya sangat setuju hal tersebut sangat penting dalam pembangunan desa,” kata Valerie, melalui keterangan pers Kemendes PDTT, Jakarta, Selasa.
Valerie memuji langkah Mendes Halim untuk melokalkan SDGs hingga tingkat desa, sehingga target-target dari tujuan pembangunan secara berkelanjutan juga dapat dicapai pada tingkat desa.
Selain mengapresiasi SDGs pada tingkat desa, dalam rapat virtual bersama Mendes Halim, Valerie juga mengapresiasi upaya Menteri Desa untuk menekan laju urbanisasi masyarakat dari desa ke kota. Ia juga mengucapkan selamat atas keberhasilan dalam pemanfaatan Dana Desa dalam mengurangi dampak COVID-19 di desa-desa.
“Kami sangat mengapresiasi pemerintah Indonesia, khususnya Kemendes PDTT yang telah melakukan berbagai upaya untuk menekan laju urbanisasi dari desa ke kota, sehingga penduduk desa tidak mendominasi kota dan pembangunan dapat dilakukan secara merata diseluruh wilayah Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Mendes Halim atau yang akrab disapa Gus Menteri dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa SDGs Desa sendiri memiliki peran penting bagi keberhasilan SDGs secara nasional. Sebab, 74 persen dari keberhasilan SDGs skala nasional berasal dari desa, sementara 26 persen lainnya berasal dari kota.
“Oleh karena itulah kita sangat berkepentingan untuk keberhasilan SDGs Desa sebagai panduan untuk program pembangunan di desa,” katanya.
Untuk mencapai pembangunan sesuai SDGs Desa tersebut, Kemendes PDTT membutuhkan data mikro pada skala desa. Untuk itu, Kemendes PDTT saat ini tengah melakukan pemutakhiran data di tingkat desa yang kelak akan digunakan sebagai landasan dalam menentukan berbagai kebijakan pembangunan di tingkat desa.
“Tantangan utama untuk mencapai SDGs Desa adalah data mikro. Sehingga jika kita berhasil mendapatkan data desa dalam skala mikro ini, maka akan sangat mudah mengatasi masalah-masalah yang ada di perdesaan,” katanya lebih lanjut.
Gus Menteri mengatakan SDGs Desa merupakan model yang ia inisiasi untuk mencapai cita-cita percepatan pembangunan Indonesia dari pinggiran, tidak hanya di desa tetapi juga di daerah tertinggal dan transmigrasi.
Pembangunan Indonesia dari pinggiran merupakan teori pembangunan yang dikembangkan oleh Presiden RI Joko Widodo yang menurutnya relevan dengan kondisi Indonesia yang beragam, berbeda suku, budaya, agama, dan bahasa.
“Pada prinsipnya, Bapak Presiden memberikan mandat untuk melakukan percepatan pembangunan di Indonesia. Salah satu Nawacita Presiden, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran, merupakan model pembangunan yang berlandaskan kearifan lokal,” katanya.*
"Terima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) yang telah memberikan perhatian khusus terhadap isu SDGs. Dan saya sangat setuju hal tersebut sangat penting dalam pembangunan desa,” kata Valerie, melalui keterangan pers Kemendes PDTT, Jakarta, Selasa.
Valerie memuji langkah Mendes Halim untuk melokalkan SDGs hingga tingkat desa, sehingga target-target dari tujuan pembangunan secara berkelanjutan juga dapat dicapai pada tingkat desa.
Selain mengapresiasi SDGs pada tingkat desa, dalam rapat virtual bersama Mendes Halim, Valerie juga mengapresiasi upaya Menteri Desa untuk menekan laju urbanisasi masyarakat dari desa ke kota. Ia juga mengucapkan selamat atas keberhasilan dalam pemanfaatan Dana Desa dalam mengurangi dampak COVID-19 di desa-desa.
“Kami sangat mengapresiasi pemerintah Indonesia, khususnya Kemendes PDTT yang telah melakukan berbagai upaya untuk menekan laju urbanisasi dari desa ke kota, sehingga penduduk desa tidak mendominasi kota dan pembangunan dapat dilakukan secara merata diseluruh wilayah Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Mendes Halim atau yang akrab disapa Gus Menteri dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa SDGs Desa sendiri memiliki peran penting bagi keberhasilan SDGs secara nasional. Sebab, 74 persen dari keberhasilan SDGs skala nasional berasal dari desa, sementara 26 persen lainnya berasal dari kota.
“Oleh karena itulah kita sangat berkepentingan untuk keberhasilan SDGs Desa sebagai panduan untuk program pembangunan di desa,” katanya.
Untuk mencapai pembangunan sesuai SDGs Desa tersebut, Kemendes PDTT membutuhkan data mikro pada skala desa. Untuk itu, Kemendes PDTT saat ini tengah melakukan pemutakhiran data di tingkat desa yang kelak akan digunakan sebagai landasan dalam menentukan berbagai kebijakan pembangunan di tingkat desa.
“Tantangan utama untuk mencapai SDGs Desa adalah data mikro. Sehingga jika kita berhasil mendapatkan data desa dalam skala mikro ini, maka akan sangat mudah mengatasi masalah-masalah yang ada di perdesaan,” katanya lebih lanjut.
Gus Menteri mengatakan SDGs Desa merupakan model yang ia inisiasi untuk mencapai cita-cita percepatan pembangunan Indonesia dari pinggiran, tidak hanya di desa tetapi juga di daerah tertinggal dan transmigrasi.
Pembangunan Indonesia dari pinggiran merupakan teori pembangunan yang dikembangkan oleh Presiden RI Joko Widodo yang menurutnya relevan dengan kondisi Indonesia yang beragam, berbeda suku, budaya, agama, dan bahasa.
“Pada prinsipnya, Bapak Presiden memberikan mandat untuk melakukan percepatan pembangunan di Indonesia. Salah satu Nawacita Presiden, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran, merupakan model pembangunan yang berlandaskan kearifan lokal,” katanya.*