Kenaf, tanaman bernilai ekonomi tinggi

Kenaf, tanaman bernilai ekonomi tinggi

Dokumentasi - Seorang petugas menunjukkan serat batang dari tanaman kenaf (Hibucus cannabinus) di perpustakaan Balittas (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat) Karangploso, Malang, Jawa Timur, Rabu (16/12/2009). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/Koz/nz/am.

Jakarta (Antara) -- Kenaf (Hibiscus cannabinus), salah satu tanaman penghasil serat selain rosela dan yute, terbukti memiliki nilai ekonomi tinggi. Pasalnya, hampir semua bagian kenaf, mulai serat, daun, kayu, maupun biji bisa menjadi bahan baku berbagai industri.
 
Peneliti senior Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Marjani, mengatakan 
Serat kenaf dapat dimanfaatkan diantaranya untuk karung, pulp/kertas, geo-tekstil, dan biofuel. 
 
"Sementara, daun kenaf bisa untuk pakan ternak. Kayunya untuk hardboard, bahan bakar, dan tea-bag. Sementara bijinya mengandung asam oleat dan linoneat tinggi," ujarnya.
 
Meskipun terbukti bernilai ekonomi tinggi perkembangan budidaya kenaf di Indonesia semakin menurun. Luas areal lima tahun terakhir tinggal 500-1000 hektare (ha). Hal tersebut utamanya karena lahan untuk kenaf harus berkompetisi dengan tanaman pangan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, 
 
Balittas, lanjut Marjani, menerapkan teknologi pengembangan kenaf di lahan-lahan sub optimal, seperti lahan kering, lahan PMK, lahan gambut, lahan pasang surut, dan lahan banjir.
 
“Diharapkan di lahan marjinal yang mungkin komoditas lain tidak produktif, budidaya kenaf bisa maju untuk meningkatkan pendapatan petani,” ungkap Marjani.
 
Pada kesempatan berbeda, Kepala Badan Pengembangan dan Penelitian Tanaman (Balitbangtan) Fadjry Djufry menambahkan, melihat besarnya manfaat yang ditawarkan, kenaf berpotensi memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi.
 
"Kenaf memiliki prospek cerah sebagai komoditas ekspor karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri," tambahnya.
Pewarta :
Editor : PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2024