Sebagian besar, karya siswa mengangkat tema-tema dinamika relasi yang mempresentasikan Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Mochammad Yanuar Dwianto mengaku tak percaya bisa meraih peringkat pertama atau medali emas untuk kategori meme pada Festival Literasi Sekolah (FLS) tingkat SMA yang diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat, 26 Juli hingga 29 Juli.

Siswa kelas XI SMAN 2 Kuningan , Jawa Barat, itu membuat meme mengenai suatu hubungan yang dikaitkan dengan proklamasi. Dalam meme itu, seorang remaja laki-laki menggombal dengan mengatakan ia tak ingin hubungannya seperti proklamasi yang memiliki tempo sesingkat-singkatnya, yang kemudian membuat hati remaja perempuan meleleh.

Yanuar mengatakan meme yang dibuatnya itu berdasarkan tema dari panitia yakni Indonesia romantis. Dari tema tersebut terdapat subtema yakni gombalan Indonesia atau "Gombalindonesian".

"Saya ingatnya di teks proklamasi ada tempo sesingkat-singkatnya. Dari situ saya membuat meme gombalan," kata Yanuar saat dihubungi dari Jakarta.

Untuk gambarnya, ia menggunakan aplikasi untuk membuat avatar digabung dengan foto latar belakang yang ia ambil. Nama aplikasi untuk membuat karakter yakni IT's a Me! Boy Avatar dan Ia mengaku memang sering membuat meme, namun baru kali ini mengikuti kompetisi.

Menurut dia, meme memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi atau melakukan kritik. Meski demikian, ia tetap berhati-hati karena tidak semua meme itu benar.

"Literasi digital, termasuk soal meme itu sangat penting. Apalagi di media sosial, informasi yang ada belum tentu benar, termasuk meme ini," jelas dia lagi.

Ke depan, dia berharap bisa mengikuti FLS lagi, namun mungkin bukan untuk kategori meme. Hal itu dikarenakan para juara tidak diperkenankan ikut lomba di kategori yang sama pada tahun berikutnya.

Seorang juri FLS 2019 bidang meme, Alvanov Zpalanzani, mengatakan "Gombal Indonesian" bisa diartikan sebagai orang Indonesia yang gombal. Menurut Alvanov, tergantung pada bagaimana interpretasi siswa terhadap tema tersebut.

Para peserta menggunakan gawai untuk menghasilkan gambar-gambar yang diambilnya selama kompetisi itu. Alvanov menambahkan meme yang dibuat haruslah bikinan peserta sendiri dan peserta harus bangga dengan karya yang dihasilkannya.

"Kami memperbolehkan peserta untuk ikut berkolaborasi dengan peserta lainnya," kata Alvanov menjelaskan.

Meme biasanya memberi pesan-pesan satire yang menohok secara sosial, mulai dari pesan yang sifatnya single sel atau multi sel.

Dosen Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung itu menambahkan banyak siswa yang berhasil membuat pesan sosial, yang berasal dari masalah yang ada di sekitarnya. Ke depan, bagaimana meningkatkan kemampuan siswa dalam membingkai pesan yang ingin disampaikan.

"Sebagian besar, karya siswa mengangkat tema-tema dinamika relasi yang mempresentasikan Indonesia," tambah Alvanov.

Literasi digital

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan guru harus memikirkan cara mengajar yang tepat termasuk menggunakan metodologi yang tepat pula.

"Selama ini mungkin cara mengajarnya kurang tepat atau tidak pakai metodologi yang tepat," kata Mendikbud saat membuka Festival Literasi Sekolah (FLS) III di Jakarta, pekan lalu.

Menurut dia, hakikat dari membaca itu sebenarnya adalah dapat memahami, mengkritisi, dan memberikan pendapat dari apa yang dibaca.

Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud menyelenggarakan empat kategori lomba yakni Cipta Syair +, Cipta Cerpen, Cipta Meme, dan Cipta Komik+D. Kegiatan itu merupakan bagian dari FLS III.

Adanya tambahan +D merupakan upaya mendekatkan siswa kepada literasi melalui dunia digital.

Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas (PSMA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Purwadi Sutanto, memberikan apresiasi kepada para pemenang dan menegaskan kepada para peserta bahwa mereka harus memiliki literasi tingkat tinggi.

Literasi tingkat tinggi, kata Purwadi, bukan hanya sekadar kegiatan membaca, menulis, dan menghitung saja, melainkan juga harus memiliki pemahaman terhadap apa yang dipelajari, supaya berguna bagi kehidupan.

Apalagi, kata Purwadi, saat ini memasuki era industri 4.0 dan akan melangkah ke era industri 5.0., sehingga para peserta didik SMA harus memiliki kompetensi akademik maupun vokasi guna melanjutkan pendidikan. Di samping itu, peserta didik juga harus menguasai teknologi digital.

Dalam membuat karya literasi, Purwadi mengemukakan, integritas sangat diperlukan, sehingga apa yang telah diraih bisa pertanggungjawabkan.

"Kita harus mengutamakan orisinalitas, tidak boleh curang atau plagiat. Semampu apapun, sehebat apapun tapi kalau itu adalah hasil karya sendiri, itu sangat luar biasa. Itu yang harus dihargai dan terus dipupuk ke depannya. Jadi, masalah integritas dan karakter kuat harus dimulai,” kata Purwadi.

Dari empat kategori yang dilombakan untuk tingkat SMA, Provinsi Jawa Tengah berhasil meraih dua medali emas, yakni pada bidang Cipta Cerpen dan Cipta Komik, masing-masing diraih oleh Gembong Hanum, siswa kelas 11 SMAN 1 Purworejo, dan Abigail Fulvian, siswa kelas 11 SMAN 1 Slawi. Untuk lomba bidang Cipta Meme, medali emas diraih oleh Mochammad Yanuar Dwianto, siswa kelas 10 SMAN 2 Kuningan, Jawa Barat. Sedangkan pada lomba bidang Cipta Syair medali emas diraih oleh Gary Neville, siswa kelas 12 SMAN 1 Sungai Liat, Provinsi Bangka Belitung. 

Baca juga: Pojok literasi jauhkan Rasyid dari gawai
Baca juga: 110 penggiat literasi ikuti kemah wisata api literasi di Lebak
Baca juga: Mendikbud : hakikat membaca dapat memahami dan mengkritisi

 

Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2019