Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii menilai keamanan dan kebebasan navigasi di Laut China Selatan harus terus dijaga, meskipun sejumlah negara berdaulat masih terlibat sengketa teritorial di perairan tersebut.

“Saya rasa yang paling penting adalah menjamin keamanan dan kebebasan navigasi sesuai dengan hukum internasional,” kata Dubes Ishii di sela-sela Resepsi Japan Self-Defense Forces Day di Jakarta, Kamis malam.

Meskipun tidak termasuk negara yang ikut bersengketa, Ishii menegaskan bahwa Jepang memiliki kepentingan besar terkait Laut China Selatan yang merupakan bagian jalur komunikasi internasional.

“Laut China Selatan berada di tengah-tengah jalur komunikasi yang sangat penting, tidak hanya untuk Jepang tetapi untuk China, Korea, Eropa, juga Indonesia. Itu sebabnya kami memiliki perhatian terkait situasi di perairan tersebut,” kata Ishii.

Sengketa Laut China Selatan melibatkan klaim pulau dan maritim oleh beberapa di wilayah tersebut, yaitu Brunei Darussalam, China, Taiwan, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Diperkirakan 3,37 triliun dolar AS perdagangan global melewati Laut China Selatan setiap tahun, yang merupakan sepertiga dari perdagangan maritim global.

Risiko ketakstabilan karena pembajakan, perampokan bersenjata terhadap kapal di laut, terutama militerisasi pulau buatan yang secara ilegal dibangun di Laut China Selatan telah menarik perhatian internasional dan dapat menarik negara-negara besar untuk campur tangan di wilayah tersebut.

Baca juga: Pentagon: Uji coba rudal China di Laut China Selatan "menganggu"

Baca juga: ASEAN-China sebagai kekuatan pencipta perdamaian dan keamanan di LCS

Baca juga: Taiwan gelar latihan militer waspadai ancaman China


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019