Jakarta (ANTARA) - Isu sampah menjadi hal yang diperhatikan serius akhir-akhir ini. Berbondong-bondong banyak kampanye sosial pengurangan sampah dari berbagai penjuru Nusantara berdengung di berbagai media.

Produk turunan terakhir yang tidak banyak memiliki nilai guna tersebut nampak menjadi ancaman nyata bagi lingkungan dan kehidupan. Berbagai masalah lingkungan banyak timbul dari sampah, utamanya problematika dari sampah yang tidak terurai.

Namun seiring berkembangnya teknologi, dengan dasar ilmiah dari pengetahuan dan riset, ancaman tersebut nampaknya mampu diubah sebagai nilai tambah atau keuntungan dari yang sebelumnya tidak ada. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui anak perusahaannya, Indonesia Power mampu menciptakan inovasi yang mengubah sampah menjadi barang yang lebih memiliki nilai ekonomi.

Kepala Bidang Komunikasi Korporat PT Indonesia Power, Rahmi Sukma, menjelaskan awalnya inovasi ini dikembangkan oleh tim dari STT PLN, yang dipimpin oleh Dr. Ir. Supriadi Legino MBA selaku Ketua, dengan anggota timnya antara lain Ir. Sonny Djatnika SD Msc, dan I Made Indrajana Brunner Ph.D.


"Sampah sebagai bahan baku utama diolah menjadi pellet melalui proses fermentasi. Pada tahap ini sampah dimasukkan ke dalam kotak yang terbuat dari bambu dan diberi cairan untuk mempercepat proses fermentasi yang disebut dengan 'Bio Aktivator'," kata Rahmi menjelaskan.

Kemudian proses lanjutannya, setelah dibiarkan selama lima hari, sampah tersebut akan berkurang secara volume-nya, sekaligus menghilangkan bau busuk yang mengganggu. Lebih lanjut, sampah tersebut dicacah sebelum akhirnya masuk dalam bentuk pellet sebagai sumber energi primer pada mesin gasifier.

Sampah yang bisa diolah menjadi pellet dapat berasal dari sampah rumah tangga, baik organik dan nonorganik. Kali ini sampah menjadi kesempatan kedua untuk menjadi produk yang lebih baik dan berguna bagi manusia.

Pellet sendiri berbentuk butiran-butiran, mirip seperti makanan ikan dengan ukuran yang besar. Kemudahan bentuk pellet ini agar mudah dikemas dan difungsikan dalam berbagai bidang karena ukurannya yang mudah dikonversi dalam metode pembakaran apapun.

"Dan dengan bekerjasama dengan STT PLN dan Pemkab Klungkung kami implementasikan menjadi program unggulan CSR di UP Bali," kata Rahmi.

Inovasi ini mendapat sambutan positif dari stakeholder, diantaranya masyarakat desa Gunaksa di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Bahkan dukungan nyata datang dari Bupati Kabupaten Klungkung yang menggerakkan aparaturnya untuk dapat mengadopsi metoda merubah sampah menjadi sumber energi dan melanjutkannya menjadi energi listrik.

Inovasi tersebut ternyata dapat menghemat penggunaan bahan bakar dari batu bara pada PLTU usai dicampurkan dengan menggunakan pellet. Bahkan jika diterapkan pada industri lainnya, pellet sampah memiliki potensi pengurangan minyak atau gas pada proses pembakaran industri. Selain itu, dapat difungsikan juga sebagai media pengganti gas rumah tangga atau pun masyarakat yang biasa menggunakan kayu bakar pada dapur masing-masing.

Secara lingkungan dapat mengurangi pencemaran akibat tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau bahkan mencegah sampah masuk ke sungai hingga sampai ke laut (hal ini sesuai dengan konsep Marine Protection of Waste from Land Based Activities).


Baca juga: Indonesia jajaki pengembangan energi sampah
Baca juga: Presiden teken Perpres soal pengolahan sampah jadi energi listrik


Sampah dan energi
Program unggulan CSR Indonesia Power adalah program TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) yang memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengolah sampah menjadi pellet di mana bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar kompor untuk memasak. Bahkan saat ini pellet sudah mulai dimanfaatkan untuk campuran batu bara low rank sebagai energi primer pembangkit listrik.

Pembangkit listrik tenaga diesel dan gas (PLTDG) Pesanggaran merupakan salah satu pemasok listrik Bali yang menggunakan keuntungan pellet tersebut.

Pembangkit berkapasitas 334 megawatt tersebut dikelola PT Indonesia Power, yang merupakan anak usaha PLN. Pada tahun 2018 lalu PLTDG Pesanggaran berhasil memperoleh PROPER Emas dari Kementerian lingkungan hidup dan Kehutanan.

Indonesia Power memperoleh PROPER Emas karena mengedepankan aspek peningkatan berkelanjutan dan inovasi dalam segala hal sehingga melebihi dari yang dipersyaratkan oleh pemerintah, salah satunya adalah mampu mengkonversi sampah menjadi energi primer, dengan inovasi pellet sampah tersebut.

Selain dimanfaatkan untuk pembangkit di Bali, sejumlah pellet saat ini juga telah dikirim ke PLTU Jerangjang Lombok, sebagai upaya untuk memanfaatkan sampah sebagai campuran batu bara pada PLTU Jeranjang sehingga bisa menurunkan BPP, disamping itu juga mampu mengatasi permasalahan sampah berapapun volumenya di Kabupaten Klungkung.

Sementara itu, Plt. Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN Dwi Suryo Abdullah meski inovasi ini belum diaplikasikan masif diseluruh operasional PLN, namun satu masalah lingkungan setidaknya menemukan solusi tepat dalam pemanfaatan dan pengendalian sampah.

PLN menargetkan penggunaan pellet untuk campuran batu bara di PLTU Jeranjang bisa mencapai 5 persen dari kebutuhan total batubara PLTU. Penggunaan pellet diakui lebih murah dibandingkan batu bara. Sebagai gambaran, harga batu bara per kg mencapai Rp700, sedangkan untuk harga pellet hanya Rp300 per kg.

"Saat ini masih dalam tahapan uji coba. Sasarannya tidak hanya sekadar hemat, tujuannya adalah PLN bisa mengatasi permasalahan sampah yang saat ini menjadi masalah utama di masing-masing daerah, dan membuka lapangan kerja," ungkap Plt. Executive Vice President Corporate Communication dan CSR PLN Dwi Suryo Abdullah.


Baca juga: Jonan: Sampah berpotensi sebagai sumber energi
Baca juga: PI Energi kembangkan pembangkit listrik tenaga sampah

Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019