Jambi (ANTARA) - Seorang warga di RT03, Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi saat memancing menemukan satu unit mortir di dasar Sungai Batanghari, Jambi yang diduga adalah benda peninggalan sejarah Belanda saat perang dunia lalu.

Mortir adalah senjata artileri yang diisi dari depan dan menembakkan peluru dengan kecepatan yang rendah, yang diduga benda itu adalah peninggalan Belanda yang ditemukan warga RT03, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi saat mancing di sungai anak Batanghari, pada Rabu lalu (3/7) sekitar pukul 15.00 WIB, kata Kapolsek Telanaipura, Kompol Edionar, Kamis.

Temuan mortir tersebut pertama kali oleh seorang warga bernama Sarbaini yang saat itu bersama kawan-kawan lainnya sedang mancing di sungai Batanghari dan setelah menemukannya karena pancingannya menyangkut benda bersejarah tersebut dan diangkatnya ke darat.

Baca juga: Dandim: Mortir di Dago diduga peninggalan Perang Dunia Kedua

Baca juga: Temuan mortir PD II di Dago Bandung bertambah jadi 108 buah

Baca juga: Mortir aktif seberat 60 kilogram ditemukan di Kepulauan Seribu


Setelah menemukan banda itu kemudian diberitahu kepada pengurus RT setempat yang kemudian menghubungi pihak Polsek Telanaipura yang selanjutnya mencari lokasi ditemukannya benda tersebut.

Kapolsek mengatakan, saat itu wearga yang menemukannya heran karena besi tua itu sempat dibuat mainan namun akhirnya warga meminta untuk menyerahkan kepada polisi dan akhirnya saya serahkan melalui RT yang kemudian dilaporkan kepada polisi.

"Benda tersebut saat ini diamankan ke Polresta Jambi oleh tim dan selain itu pihaknya juga telah koordinasi dengan tim Penjinak bon Brimob Polda Jambi dan kita sudah berkoordinasi dengan yang memiliki kewenangan tim dari Jibom," kata Edionar kepada wartawan.

Ditanya apakah benda itu bom atau mortir, pihak Polsek belum dapat menyimpulkan namun ada kemungkinan mortir peninggalan jaman dulu dan yang terpenting dipindahkan dulu ke tempat yang aman, agar tidak terjadi sesuatu.
 

Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019