Wasior, Teluk Wondama (ANTARA) - Bupati Teluk Wondama, Papua Barat, Bernadus Imburi menyatakan, pemerintah daerah sudah berupaya melakukan evakuasi sebelum Mantri Patra dikabarkan meninggal.

"Pemkab sebenarnya telah berupaya untuk secepatnya mengevakuasi Mantri Patra dari Kampung Oya begitu mendapat laporan bahwa yang bersangkutan dalam keadaan sakit," kata Bupati di Wasior, Rabu.

Ia mengatakan, informasi tentang sakitnya petugas kesehatan bernama lengkap Patra Kavin Marinnha Jauhari pertama kali diterima bupati pada 18 Juni dari masyarakat Kampung Oya bahwa yang bersangkutan sudah satu minggu sakit.

Setelah menerima informasi itu, Bupati yang sedang tugas luar itu langsung memerintahkan jajarannya untuk segera mencari helikopter.

Kepala Puskesmas Naikere Tomas Waropen lantas menghubungi pimpinan Yayasan Helivida yang telah berlangganan dengan Pemkab Wondama untuk mengirim helikopter. Namun, tidak bisa terlayani karena sudah terjadwal dengan pihak lain. Sementara pilot yang bertugas melayani Teluk Wondama sedang cuti.

Karena itu pada Rabu, 19 Juni 2019 diupayakan mencari helikopter lain dan diperoleh kepastikan heli milik PT. Intan Angkasa Nabire bersedia. Dari koordinasi yang dilakukan disepakati heli akan terbang dari Nabire untuk melakukan evakuasi pada Jumat, 21 Juni.

Namun, penerbangan tersebut akhirnya batal karena heli yang saat itu masih berada di Timika tidak bisa terbang ke Wondama karena cuaca buruk.

“Pada Jumat 21 Juni 2019 sekitar pukul 12.00 WIT Suster Sofia Wamafma, bidan di Puskesmas Naikere mendapat informasi dari masyarakat bahwa Kampung Oya bahwa Mantri Patra telah meninggal pada Selasa, 18 Juni karena sakit,“ ujar Bupati.

Akhirnya pada Sabtu, 22 Juni pukul 08.25 WIT helikopter yang dipesan dari Nabire tiba di Wasior. Karena Mantri Patra sudah meninggal, heli tersebut lantas terbang ke Oya untuk mengevakuasi jenazah mendiang.

Jenazah kemudian dibawa ke RSUD Teluk Wondama di Manggurai untuk ditangani tim medis dan karantina karena rencananya jenazah akan di bawa pulang ke kampung halaman di Palopo, Sulawesi Selatan. Namun, kondisi jenazah ternyata sudah tidak memungkinkan lagi sehingga tidak mendapat ijin dari karantina.

“Dengan kondisi jenazah yang tidak memungkinkan lagi untuk dikirim maka langsung dikomunikasikan dengan pihak keluarga, baik di Manokwari maupun di Palopo untuk dimakamkan di Wasior. Dan Pemda memfasilitasi kedatangan perwakilan keluarga ke Wasior,“ kata Imburi.

Mendiang Mantri Patra kemudian dimakamkan di Wasior pada Senin, 24 Juni 2019 yang diawali dengan prosesi penyerahan jenazah dari Pemda kepada keluarga. Pemkab memberikan piagam penghargaan dan kenaikan pangkat anumerta berdasarkan SK Bupati Teluk Wondama No.861/201/BUP-TW/VI/2019.

Pada sesi jumpa pers yang dihadiri pula Wakil Bupati Paulus Indubri, Sekda Denny Simbar bersama sejumlah besar pimpinan OPD, Bupati menjelaskan, penugasan Mantri Patra ke Kampung Oya adalah upaya dari Pemda untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat di wilayah yang masih terpencil dan terisolir itu.

Termasuk di Kampung Undurara dan Kampung Inyora yang juga memiliki kesulitan medan geografis yang serupa. Kegiatan tersebut telah dijalankan sejak 2016 yang mana pada tahun-tahun sebelumnya hanya dilakukan pelayanan kesehatan dengan sistem pulang pergi selama satu hingga tiga hari.

“Mendiang ditugaskan di Kampung Oya sejak 8 April 2019 bersama dengan Jhon Inggesi selama 3 bulan sehingga penugasannya akan berakhir dan dijemput kembali pada 8 Juli 2019, bukan pada 8 Juni 2019 sebagaimana pemberitaan oleh berbagai media,“ kata orang nomor satu Wondama itu.*


Baca juga: Wondama anugerahi kenaikan pangkat anumerta untuk Mantri Patra

Baca juga: Mantri Patra wafat saat jalankan tugas di pedalaman Wondama

Pewarta: Toyiban
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019