Emisi sebesar 75 persennya memang terjadi di negara-negara G20, tetapi sebenarnya korporasi dari negara-negara majulah yang menyebabkan emisi tingkat global.
Jakarta (ANTARA) - Koalisi Organisasi untuk Keadilan Energi mendesak negara-negara yang tergabung dalam G20 untuk berkomitmen secara penuh terhadap langkah transisi energi menuju energi terbarukan.

"Dilihat dari komitmen semua negara, sifatnya kan 'voluntary'," kata Manajer Kampanye Keadilan Iklim Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yuyun Harmono di Jakarta, Senin (24/6).

Koalisi itu terdiri atas sejumlah elemen, yakni Walhi, Jatam, KRuHA, Walhi, Greenpeace Indonesia, 350 Indonesia, YLBHI, Kiara, KNTI, IGJ, Auriga, dan AEER.

Mereka menyoroti pertemuan konferensi tingkat tinggi negara-negara yang tergabung dalam G20 (KTT G20) di Jepang pada tanggal 28-29 Juni 2019.

Melalui forum itu, mereka mengingatkan kebijakan sektor energi yang selama ini juga menyebabkan terjadinya masalah penghancuran ruang hidup, merusak daya dukung lingkungan, dan dampak negatif lainnya.

Yuyun mengingatkan emisi sebesar 75 persennya memang terjadi di negara-negara G20, tetapi sebenarnya korporasi dari negara-negara majulah yang menyebabkan emisi tingkat global.

Baca juga: Pertemuan G20, Jonan jelaskan strategi transisi energi pro lingkungan

"Banyak negara maju yang bilang sudah mulai meninggalkan batubara sebagai energi kotor. Tetapi, mereka masih membiayai energi kotor di negara-negara berkembang," katanya.

Yuyun mencontohkan Jepang, Korea Selatan, dan China sebagai negara-negara maju yang "mengekspor" energi kotor pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), seperti di Indramayu dan Cirebon.

Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA) Muhammad Reza mengatakan Indonesia harus mempertegas posisinya pada G20 agar tidak hanya menjadi pasar dari negara-negara maju.

"Kita cuma jadi pasar, pasar teknologi China dan Jepang. Tidak jadi pemain. Negara-negara industri maju yang harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan," katanya.

Sementara itu, Kepala Kampanye Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Melky Nahar menyebutkan China, Jepang, dan Korsel yang selama ini memiliki andil besar terhadap investasi di Indonesia.

"Tiga negara utama, yakni China, Jepang, dan Korea memiliki andil dan kontribusi besar terhadap investasi di Indonesia, termasuk dampaknya," katanya.

Baca juga: Sektor energi nasional perlu ikut kurangi laju emisi
Baca juga: Pemerintah harus antisipasi penurunan impor batu bara di masa datang

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019