Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 49 pengajar Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (FSR IKJ) menggelar pameran seni dengan tajuk "Menjelajah Karya di dalam dan di luar Birokrasi" yang diselenggarakan pada 22 Juni hingga 29 Juni di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM) , Jakarta.

"Pameran ini sebagai bentuk peneguhan eksistensi para seniman yang bekerja sebagai dosen. Dengan harapan, para dosen sebagai seniman juga terus berkarya memenuhi obsesi dan mengikuti perkembangan seni. Kerja seni dalam bingkai birokrasi ini adalah sebuah tantangan," ujar Rektor IKJ, Seno Gumira Adjidarma, di Jakarta, Senin.

Seno menambahkan tema itu diambil sebagai satu upaya persiapan bagi civitas akademi di IKJ untuk terus menghadapi jejak birokrasi yang lebih baik. Menurut dia, seniman harus berani menghadapi apa saja, termasuk birokrasi. Apalagi sebagai seniman yang juga pengajar, lanjut dia, acapkali dibebani dengan berbagai tugas tambahan di luar berkesenian.

"Orang sering membedakan birokrasi adalah birokrasi, seni adalah seni padahal tidak. Kita belum terbiasa, karena birokrasi itu sama pentingnya dengan seni."

Seno juga meminta agar seniman tidak alergi dengan seni. Misalnya perguruan tinggi seni, maka birokrasi itu penting maka mau tidak mau harus berurusan dengan birokrasi.

Dekan FSR IKJ, Indah Tjahjawulan mengatakan seniman pengajar pada pameran ini datang dari latar jurusan seni rupa yang beragam. Mulai dari seni murni, kriya, desain mode, desain interior dan desain komunikasi visual.

"Para seniman pengajar ini menggunakan ragam media dan tema berkarya yang beragam sesuai dengan bidang masing-masing. Ini sekaligus bentuk tanggung jawab kepada publik dan tentu saja mahasiswa sendiri," kata Indah.

Salah satu staf pengajar Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta jurusan Desain,Cecil Mariani, mengatakan pihaknya telah merangkai keseluruhan gambaran pameran sebagai satu ungkapan optimistis. Cecil menyebut kondisi seni dalam birokrasi yang dijalani tidak hanya oleh dosen IKJ tapi juga guru seni di seluruh Indonesia, sebagai langgam tersendiri.

"Seniman yang mengajar, guru seni maupun dosen seni IKJ memiliki kondisi dan langgam yang khas dalam proses pemikiran dan berkarya. Langgam ini hadir dari sosialitas almamater para pengajar, peran kerja antara mengajar dan berkarya. Langgam ini hadir pula dari praktek yang bersinggungan di ruang ambang antara pengetahuan estetik yang menubuh, serta dari sensibilitas tanggung jawab terhadap pendidikan dan produksi pengetahuan masyarakat," ujarnya.

Dosen atau pengajar secara langsung maupun tidak, berinteraksi pula dengan pasar industri dan sistem-sistem formal institusi. Birokrasi, termasuk aturan, administrasi, prosedur, pelaporan, sistem akreditasi, kurikulum, borang dan banyak lagi, disebut Cecil sebagai sesuatu yang khas untuk pengajar seni rupa di IKJ sekaligus secara umum dihadapi pengajar seni di seluruh Indonesia.

"Hal yang kemudian bisa kita bincangkan lewat pameran ini bersama-sama dengan publik, media, pelaku seni, mahasiswa dan masyarakat ada lah bagaimana seniman yang mengajar berkreativitas bisa memproduksi karya dalam kontradiksi-kontradiksi sistem institusi yang kita anggap relatif nonkreatif," terang Cecil.***3***

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019