Bogor (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mendorong upaya pemulihan sepadan sungai atau daerah aliran sungai (DAS) dengan konsep Ekoriparian diperluas ke semua wilayah di Indonesia khususnya 15 sungai prioritas.

"Saya melihat ekoriparian konsep seperti ini yang paling tepat, dalam arti layak kita lakukan mengajak masyarakat dan manfaatnya juga besar," kata Siti usai menghadiri kegiatan gotong royong Bebersih Ciliwung 2019 di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu .

Menurut Menteri Siti, sungai di Indonesia panjang-panjang dan berbelok seperti Ciliwung dengan panjang 113 kilo meter, begitu juga dengan Citarum yang lebih panjang lagi, memiiki tempat yang baik untuk bisa dilakukan ekoriparian.

"Sungai Indonesia berliku-liku, bisa untuk memperbaik ekosistem sekaligus edukasi masyarakat dan bisa kesejahteraan," katanya.

Siti mengatakan ada empat hal yang dilihat dalam menangani pencemaran sungai yakni : pertama, apa yang paling mendorong. Kedua, apa yang menjadi tekanan kepada sungai. Ketiga, apa yang seharusnya dilakukan. Dan keempat, apa sebetulnya dampak selanjutnya.

Pemulihan sepadan sungai dengan konsep Ekoriparian juga sudah ada di beberapa daerah seperti di Teluk Jambe, Karawang untuk Citarum dan Srengseng Sawah di Depok untuk Ciliwung.

Baca juga: Butuh Rp200 triliun benahi DAS kritis

Ekoriparian itu sendiri adalah kawasan wisata di pinggir sungai dengan konsep edukasi lingkungan.

Manajemen restorasi reparian yakni sempadan sungai ditingkatkan kualitasnya dengan membuat kolam-kolam retensi untuk mencegah banjir, pengembangan perikanan darat dan ekowisata sungai, dan taman-taman umum untuk mengembalikan kawasan hijau di sepanjang bantaran sungai.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan komunitas-komunitas telah mengkombinasikan konsep restorasi riparian ini dengan upaya penurunan beban pencemaran dari limbah domestik dan menjadikan tempat tersebut sebagai pusat edukasi lingkungan berbasis ekoriparian.

Seperti kegiatan yang dilaksanakan hari yakni yakni gotong royong Bebersih Sungai Ciliwung yang melibatkan komunitas, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sebagai modal sosial untuk upaya penyelamatan DAS Ciliwung.

"Dengan melihat modal sosial yang dimiliki oleh komunitas Ciliwung ini, saya yakin pola-pola restorasi tersebut dapat direplikasi dengan cepat," kata Siti.

Baca juga: Upaya pemulihan daerah aliran sungai di Gorontalo

Siti optimistis gerakan pemulihan DAS Ciliwung dengan konsep ekoriparian bisa membawa dampak yang luas apalagi dilihat perhatian dari dunia usaha terhadap upaya pemulihan kualitas sungai sudah mulai meningkat.

"Oleh sebab itu tidak salah kiranya kalau tema gerakan ini kita namai "Gotong Royong Bebersih Ciliwung”. Karena keterlibatan masyarakat dan komunitas sangat tinggi, komitmen pemerintah sudah terbentuk, dan dukungan dunia usaha sudah mulai terlihat nyata," kata Siti.

Siti beharap melalui kegiatan ini jawara-jawara pengelolaan sungai berbasis masyarakat yang lahir dari tempaan Sungai Ciliwung ini akan menjadi virus kebaikan untuk perbaikan kulaitas sungai di seluruh Indonesia.

"Perbaiki ekosistem sungai dengan cara bertahap menggunakan pola ekoriparian, sedapat dapatnya menanam bambu di kakisu (kanan kiri sungai)," kata Siti.
Baca juga: Gerakan pemulihan DAS di NTB dicanangkan
 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019