Aneka pelatihan difasilitasi desa untuk masyarakat melalui PKK secara cuma-cuma
Bantul, Yogyakarta (ANTARA) - Desa Baturetno yang terletak di pusat Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu desa yang memberikan perhatian cukup besar bagi kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Bagi desa tersebut, masyarakat yang berdaya diyakini mampu meningkatkan kemandirian dan secara bertahap akan mengurangi angka kemiskinan.

Kepala Desa Baturetno Sarjaka mengatakan bahwa berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak kalah penting dibanding pembangunan infrastruktur untuk memajukan desa.

Pada 2018 anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dialokasikan mencapai 45 persen dari dana desa yang dikucurkan dari pusat.

“Untuk pembangunan infrastruktur kalau dituruti memang kurang terus, tetapi masyarakatnya kan perlu mandiri. Kalau sudah mandiri mereka tidak bergantung pada uluran tangan anak dan nantinya bisa menurunkan kemiskinan,” kata Kepala Desa Baturetno, Sarjaka.

Kemajuan Desa Baturetno dalam memberdayakan masyarakatnya tidak terlepas dari kucuran Dana Desa dari Pemerintah Pusat. Pembangunan di desa itu harus diakui, terasa lebih cepat dengan hadirnya Dana Desa.

Pada 2019, dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat untuk desa dengan jumlah penduduk 12.000 KK itu mencapai Rp1,32 miliar, meningkat dari 2018 sebesar Rp980 juta.

Desa yang terdiri atas delapan pedukuhan ini, tercatat termasuk 2 besar di tingkat provinsi dan 20 besar di tingkat nasional sebagai desa yang berani mengalokasikan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat dengan persentase hampir menyentuh 50 persen dari dana desa yang diterima.

Agar masyarakat bisa ikut mengawasi pemanfaatan dana desa, Pemerintah Desa Baturetno memajang laporan berisi perincian secara mendetail rencana pemanfaatan dana desa pada 2019 sekaligus laporan pendapatan dan Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (Silpa) pada 2018 di dinding Kantor Kepala Desa Baturetno.

Penurunan angka kemiskinan di desa itu pun diklaim cukup signifikan berkat gencarnya pemanfaatan dana desa untuk program pemberdayaan masyarakat yang selaras dengan pembangunan fisik.

Pada 2018, dari 12.000 KK di desa itu terdapat sebanyak 491 KK miskin yang pada 2019 turun menjadi 466 KK miskin.

Pada 2018, desa ini juga masuk sebagai satu dari 100 desa di Indonesia yang mendapatkan anugerah sebagai desa unggulan dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI.

 
Kepala Desa Baturetno, Sarjaka. (ANTARA/Luqman Hakim)



Inovasi Layanan Masyarakat

Sebagai desa siaga aktif di Kabupaten Bantul, Pemerintah Desa Baturetno membuat inovasi dengan memunculkan beragam program kerja di antaranya Posyandu Lansia dan Balita, Gerakan Serentak (Gertak) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Mandiri, Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), hingga Pemantauan Ibu Hamil.

Untuk mendukung program pemberdayaan masyarakat, pembangunan di sektor pendidikan juga terus digencarkan setiap tahun melalui pendirian Taman Kanak-kanak PKK (TK PKK) dan gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Peningkatan kompetensi SDM di desa itu juga didukung dengan pendirian gedung kelompok kegiatan (Pokgiat) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) yang tersebar di Pedukuhan Ngalangan, Plakaran, Wiyoro Lor dan Wiyoro Kidul.

Kegiatan inovasi di Desa Baturetno yang juga patut mendapatkan apresiasi adalah fasilitas ambulance desa, bank darah, budidaya warung hidup dan toga, serta pembentukan dan peningkatan kapasitas Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Baturetno.

Untuk meningkatkan kompetensi dan wawasan perangkat desa, Pemerintah Desa Baturetno biasanya melakukan studi banding untuk menimba ilmu ke desa atau wilayah lain yang dinilai lebih maju.

Agar tidak menganggu pembangunan, biaya studi banding bersumber dari dana pribadi tanpa membebani anggaran yang ada di APBDes.


Aktifkan PKK

Salah satu lembaga yang cukup efektif menghidupkan kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa itu, menurut Sarjaka, adalah lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Melalui gerakan PKK masyarakat dari delapan pedukuhan itu mengikuti beragam pelatihan dan penyuluhan.

Aneka pelatihan yang difasilitasi desa untuk masyarakat melalui PKK secara cuma-cuma meliputi pelatihan keterampilan membuat aneka kerajinan seperti aksesori pengantin, bros dari perca, membuat aneka kuliner seperti brownis dari tempe, cokelat tempe, keripik singkong, hingga membatik.

Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) Desa Baturetno Nurhani Yusuf mengatakan pembekalan keterampilan dengan beragam pelatihan itu juga ditujukan untuk menumbuhkan inovasi di kalangan masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga.

Setiap bulan, pertemuan PKK berlangsung tiga kali. Pertemuan diikuti oleh anggota PKK dari delapan pedukuhan yakni Pedukuhan Pelem, Pedukuhan Mantup, Pedukuhan Kalangan, Pedukuhan Wiyoro, Pedukuhan Manggisan, Pedukuhan Ngipik, Pedukuhan Plakaran, dan Pedukuhan Gilang.


Peran Dana Desa

Menurut Nurhani, berkat kucuran dana desa gerakan PKK menjadi lebih maju karena Pemerintah Desa Baturetno berani memberikan perhatian sekaligus sokongan dana yang cukup besar untuk mendukung berbagai kegiatan di lembaga itu.

Tanpa ada keberpihakan pemerintah desa yang diperkuat dana desa, ia tak yakin PKK di Desa Baturetno bisa maju dan berkembang seperti sekarang ini.

“Tentu kemajuan kegiatan PKK tidak terlepas dari dukungan dana desa. Kalau tidak ada keberpihakan pemerintah desa untuk mengalokasikan dana desa seluruh kegiatan yang kami galakkan sulit berjalan,” kata Nurhaini.

Berkat dukungan pemerintah desa, PKK di Baturetno berhasil mengukir prestasi di berbagai kejuaraan, di antaranya juara pertama lomba Tertib Administrasi se-DIY.

Selain mendapatkan pelatihan keterampilan, Pemerintah Desa Baturetno juga mengawal proses produksi hingga masyarakatnya mampu menjual di pasaran.

Pendirian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di desa itu juga membuat masyarakat dapat mengakses permodalan hingga Rp1 juta dengan metode pengembalian yang ringan yakni dengan mengangsur sebanyak 10 kali.

Hasilnya, saat ini industri rumahan yang dikelola oleh ibu rumah tangga berkembang pesat dan telah mampu menjual hasil produksinya hingga ke luar daerah seperti keripik ketela dan brownis tempe.

Selain itu, salah satu industri yang cukup besar di Desa Baturetno adalah industri gamelan yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Industri tersebut sekaligus menumbuhkembangkan potensi budaya lokal mulai dari paguyuban dalang, karawitan, jatilan, hingga remong.

Pemerintah Desa Baturetno bersama masyarakat juga sepakat mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB) Baturetno untuk menanggulangi klithih atau kejahatan jalanan oleh para remaja yang belakangan ini marak dan sempat menjadi teror bagi warga.

SSB kini menjadi lembaga pendidikan luar sekolah di Desa Baturetno sebagai sarana pengembangan potensi diri bagi anak-anak, khususnya di wilayah Bantul Timur.

Hingga saat ini sekolah sepak bola itu telah mencetak pemain sepak bola yang berprestasi baik di tingkat lokal hingga nasional.

Selain menjadi wadah pengembangan potensi remaja, SSB juga cukup efektif menjadi sarana penyediaan lapangan kerja bagi warga desa setempat, khususnya bagi lulusan sarjana olahraga.

Hingga saat ini jumlah murid di SSB tercatat sebanyak 400 anak dengan biaya latihan Rp7.000 untuk sekali pertemuan.

Berbagai inovasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pembangunan di desa itu tidak lepas dari hasil kesepakatan dalam musyawarah desa (Musdes) yang dihadiri Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pemerintah Desa, bersama unsur masyarakat.


Baca juga: Desa Gubug sukses mandiri dengan hidupkan batik
Baca juga: Desa Loa Duri Ilir mengubah sampah jadi berkah
 

Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019