Banjarmasin (ANTARA) - Mustaqo ulama di Kalimantan Selatan (Kalsel) menyerukan rekonsiliasi antarsesama anak bangsa dan berkomitmen untuk sama-sama menjaga stabilitas keamanan.

Seruan itu tertuang dalam maklumat yang disepakati para ulama, habaib, pimpinan pondok pesantren, cendekiawan dan mahasiswa muslim untuk Indonesia damai pada mustaqo ulama yang berlangsung di Calamus Ballroom Rattan Inn Banjarmasin, Rabu.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel Prof Dr H Abdul Hafiz Anshari didaulat membacakan maklumat berisi delapan poin tersebut.

Yang intinya mengajak masyarakat mempererat silaturahim antar sesama anak bangsa serta menjauhi perpecahan dan saling memaafkan satu sama lain.

Kemudian meneguhkan komitmen kesetiaan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI yang sudah sejalan dengan ajaran Islam.

Mustaqo ulama juga berkomitmen menjaga stabilitas keamanan dan tidak mempertajam perbedaan yang bersifat kontraproduktif serta menghindari segala bentuk provokasi terkait pemilu.

"Pemilu sudah selesai, kita berharap kembali seperti semula untuk bersama, bersatu dan kompak sebagai warga bangsa dalam keadaan tenang, tentram, aman dan damai," tutur Hafiz Anshari kepada wartawan usai acara.

Tokoh agama yang pernah menjadi Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2007-2012 inipun menegaskan jika siapa pun presiden terpilih merupakan pemimpin seluruh rakyat Indonesia.

Terkait adanya ajakan gerakan "people power" oleh pihak yang tak puas dengan hasil pemilu, Hafiz Anshari menyatakan hal itu tidak perlu dilakukan.

"Dalam kondisi bangsa saat ini sebaiknya dihindari. Kita perlu persatuan dan kesatuan, bukan malah sebaliknya jadi semakin renggang. Jadi saya imbau masyarakat tidak perlu ikut-ikutan, karena jalur hukum adalah pilihan terbaik untuk sengketa pemilu," tandas Rektor Institut Agama Islam Darussalam Martapura itu.

Sementara Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalsel HM Syarbani Haira mengajak semua ummat Islam untuk semakin berhati-hati.

"Kita jangan mudah terpengaruh oleh ajakan yang tak jelas dasarnya, tak jelas tujuannya, serta tak jelas dasar hukumnya. Islam tidak memberi ruang untuk melakukan kekerasan. Apalagi urusannya tidak jelas, apakah urusan agama atau urusan individu kekuasaan. Ini kan' people power', soal kekuasaan," jelas dosen senior Universitas NU Kalsel itu.

Jika ingin berbuat, berkarya untuk negara, kata dia, khususnya untuk kemajuan ummat Islam, tentu harus dengan cara elegan, santun, dan berperadaban.

"Tidak ada kekerasan, tidak ada pelecehan, apalagi sampai ada 'people power', seperti yang digagas sejumlah tokoh Islam," tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, mantan aktivis PMII Cabang Yogyakarta itu juga mengingatkan umat Islam agar berpikir positif mencermati kehidupan dunia yang kini semakin penuh konflik.

"Dengan cara itu saja kita sudah berpahala. Apalagi ikut menjaga kedamaian. Karena rasulullah dalam sebuah sabdanya mengatakan, aku hadir ke dunia ini untuk memperbaiki akhlak dan perilaku. Oleh karenanya, kita jaga perilaku kita, jangan sampai kita menjadi bangsa barbar," pungkasnya.

Adapun sejumlah tokoh Islam yang turut diberi kesempatan menyampaikan seruan sejuk dan damai untuk Indonesia di atas mimbar, di antaranya Ketua PW Muhammadiyah Kalsel KH Tajuddin Noor, Sekretaris MUI Kalsel KH Fadli Mansyur, Pimpinan Ponpes Nurul Hijrah Tanah Laut KH M Mukri Yunus, Pimpinan Majelis Shalawat Rasulullah SAW Amuntai Habib Abdillah Al Habsyi, Pimpinan Ponpes Rakha Amuntai Dr KH Abdul Hasib Salim, Ketua PW ISNU Kalsel Prof Dr Ahsin Rifai serta Sekretaris PWNU Kalsel Berry Nahdian Furqon.

Acara yang dirangkai buka puasa bersama itu juga dihadiri Wakapolda Kalsel Brigjen Pol Aneka Pristafuddin dan Danrem 101/Antasari Kolonel Inf Mohammad Syech Ismed.

Pewarta: Firman
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019