Tidak ada alasan bagi siapa saja yang ketika dinyatakan lulus dan diterima di UI untuk tidak melanjutkannya hanya karena tidak ada biaya
Depok (ANTARA) - Bagi Syahrul Ramadhan (18), bisa diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) merupakan impian yang menjadi kenyataan. Betapa tidak, untuk kuliah di tempat tersebut ia harus bersaing dengan ribuan siswa dari seluruh Indonesia.

Fakultas Kedokteran UI merupakan fakultas yang menjadi favorit bagi para siswa yang bercita-cita menjadi dokter.

Rektor UI Prof Muhammad Anis mengakui dari tahun ke tahun Fakukltas Kedokteran masih menjadi peringkat pertama yang paling banyak diminati.

"Untuk itu seleksinya sangat ketat sekali, walaupun begitu setiap tahun tetap banyak yang memilih sebagai pilihan utama fakultas favorit," kata Anis.

Semasa sekolah, Arul sapaan akrab Syahrul selalu meraih juara umum dengan rata-rata nilai di atas 90. Untuk itu, ketika lulus SMA, Arul memberanikan diri untuk mendaftarkan diri di Fakultas Kedokteran UI dan bersaing dengan siswa Indonesia lainnya.

Dengan bekal ketekunan dan semangat yang membara untuk dapat kuliah di UI, Arul terus belajar dengan tekun dan juga tak lupa juga selalu berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan jalannya.

Walaupun kedua orang tuanya berprofesi tukang las dan penyapu jalan, namun tekad yang membara dan tak kenal putus asa, hal inilah yang membuat dia mampu lolos dalam seleksi masuk Fakultas Kedokteran UI.

"Alhamdulillah saya berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)," katanya.

Syahrul memang ingin bercita-cita menjadi dokter dan ingin menempuh pendidikan di UI yang menjadi kampus kebanggaan Indonesia. Sejak itu, dirinya berupaya konsisten menjaga nilai agar dapat tembus UI melalui jalur prestasi melalui nilai rapor.

Ketika dinyatakan diterima di Fakultas Kedokteran UI, Syahrul merasa terharu bercampur bingung mengenai biaya yang harus dikeluarkan orang tuanya untuk melanjutkan kuliah di UI tersebut mengingat pekerjaan orang tuanya.

Tidak hanya biaya perkuliahan melainkan juga biaya transportasi dan akomodasi semasa pendaftaran ulang sebelum kuliah pun terasa sangat berat.

"Saya bingung tak ada biaya, ibu saya terpaksa mengambil uang tabungan untuk biaya akomodasi tiket pesawat ke Jakarta mendaftar ulang ke UI," kata Arul yang berasal dari sekolah SMA Negeri 2 Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Namun setelah profilnya diberitakan oleh media lokal, maka mulai banyak yang mengulurkan tangannya untuk membantu sekedar biaya tranportasi ke Jakarta.

Pada Senin (22/4), Syahrul melakukan verifikasi rapor di Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru UI di Kampus Depok serta dilanjutkan dengan proses daftar ulang yang akan dilakukan pada Kamis (25/4) di Balairung UI.

Pihak UI, khususnya dari Ikatan Alumni (Iluni) Fakultas Kedokteran dan Dekan FKUI memberikan dukungan dana sehingga keraguan dirinya seketika itupun sirna.

Arul juga berhasil lulus untuk menerima beasiswa Bidikmisi. Tak hanya itu, pihak UI juga memberikan kemudahan verifikasi rapor dan daftar ulang yang dilakukan pada pekan yang sama sehingga ia tidak perlu keluar uang transportasi Pekanbaru Jakarta dua kali lebih banyak.

"Kemudahan-kemudahan yang saya peroleh membuat saya semakin yakin bahwa saya dapat menyelesaikan studi saya di UI tanpa terkendala biaya," katanya.

Kondisi finansial bukanlah penghalang untuk dapat menempuh perkuliahan di UI. UI juga memberikan banyak kesempatan beasiswa, baik itu beasiswa prestasi maupun beasiswa bagi siswa yang tidak mampu.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahiswaan Prof Bambang Wibawarta menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi siapa saja yang ketika dinyatakan lulus dan diterima di UI untuk tidak melanjutkannya hanya karena tidak ada biaya.

"Kami memberikan keringanan biaya bagi para calon mahasiswa bahkan sampai gratis dengan berbagai program, misalnya dengan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) Berkeadilan ataupun beasiswa Bidikmisi," katanya.

Mengabdi untuk daerah

Syahrul merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Azman dan Neni Marlina. Sang ayah bekerja sebagai tukang las dengan penghasilan tidak tetap, tergantung pesanan las. Sedangkan ibunya merupakan seorang penyapu jalan yang penghasilannya juga tidak seberapa.

Tidak hanya Arul saja yang menjadi tanggungannya, melainkan kedua kakaknya pun saat ini tengah menempuh kuliah di perguruan tinggi di Riau.

Karena itu, Arul sangat berharap dapat mengangkat derajat orang tua serta, dan nantinya bisa  mengabdi kepada daerah asalnya di Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

"Saya melihat daerah saya membutuhkan dokter spesialis jantung dan kandungan. Semoga saya bisa menempuh pendidikan dokter hingga spesialis dan dapat memberikan manfaat bagi kota kelahiran saya," katanya.

Arul saat ini juga sudah mendapatkan asrama bagi mahasiswa daerah di UI, sehingga memudahkan dirinya untuk melakukan aktivitas di kampus berjuluk "We Are The Yellow Jacket" tersebut.

"Nanti awal puasa Ramadhan saya kembali ke rumah dahulu, setelah itu baru kembali ke UI untuk menyelesaikan segala sesuatu yang belum terselesaikan," katanya.

Pengalaman Arul menjadi bukti nyata bahwa UI menyediakan akses yang luas dan adil, serta pendidikan dan pengajaran yang berkualitas bagi seluruh siswa di Indonesia yang telah lulus seleksi akademik.

Baca juga: UI anugerahkan penghargaan 114 institusi pendonor beasiswa

Baca juga: UI Targetkan Beasiswa Capai Rp40 Miliar

Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019