Karawang (ANTARA News) - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti keberadaan seniman tradisional yang semakin tersisihkan secara struktural dan kultural.

"Secara struktural para seniman tradisional nyaris tidak lagi memiliki panggung. Secara kultural, tren milenial telah menggeser seni tradisional," katanya, di Kabupaten Karawang, Minggu.

Dalam kegiatan Safari Budaya Pagelaran Wayang Golek di Dusun Cikangkung Barat, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, pada Sabtu (2/2), Dedi bertemu seorang pria tua yang saat ini bekerja sebagai kuli pembuat batu bata.

Pria tua bernama Bagus (73) itu semasa mudanya adalah seniman tradisional. Tapi kini, ia menjadi kuli yang berpenghasilan Rp40.000 per hari.

Dedi mengatakan, seniman yang masa tua-nya "banting setir" menjadi pembuat bata, mencangkul, atau tukang parkir, tidak hanya terjadi di daerah.

"Seniman `besar` juga ketika masa tua banyak sekali yang mengalami problem hidup," kata Dedi.

Menurut dia, tren milenial kini mulai menggeser seni tradisional yang sudah jarang menjadi tontonan masyarakat.

"Karena seiring dengan politik yang serba milenial, banyak juga pemimpin yang terbawa dengan arus itu. Bahwa seolah-olah kalau tidak mengikuti tren milenial, dia kehilangan pemilih. Padahal masyarakat tradisional cenderung lebih loyal dibandingkan masyarakat milenial," katanya.

Menurut dia, negara harus hadir untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada para seniman tradisional, di antaranya dengan memberikan asuransi bagi pekerja seni.

"Saya berkali-kali menyampaikan negeri ini sudah seharusnya merumuskan asuransi bagi pekerja seni. Sehingga, ketika tidak punya lagi panggung mereka bisa hidup dengan baik," kata Dedi.

Supaya seniman tradisional bisa terus mendapatkan penghasilan dari bakat dan kemampuannya di bidang seni tradisional, ujarnya, pemerintah juga perlu memperbanyak panggung-panggung hiburan untuk masyarakat khususnya di pedesaan.

 

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019