Yogyakarta (ANTARA News) - Kemimpinan yang dilahirkan Muktamar XVII Pemuda Muhammdiyah (PM) pada 25-28 November 2018 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) harus peduli terhadap berbagai problem kebangsaan dan keumatan.

"Ketimpangan sosial, intoleransi, ekstrimisme, kebodohan, kemiskinan, oligarki ekonomi dan politik, serta perilaku buruk elite politik masih jadi kemelut bangsa hingga kini," kata Ketua Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta, Syahrul Hasan, dalam keterangan tertulisnya, di Yogyakarta, Kamis malam (22/11).

Saya kira dalam perspektif memilih pemimpin kawan-kawan sudah paham betul tipologi apa yang diinginkan karena teman-teman ingin membawa PM lebih besar dari kondisi hari ini, ujarnya.

Menurut dia, ada dua hal menarik dalam muktamar kali ini. "Pertama ini di Yogya, yang diasumsikan sebagai ibu kotanya Muhammadiyah dalam tanda kutip, sehingga ghiroh bermuktamarnya akan lebih tinggi lagi dan bisa menghasilkan organisasi yang punya dampak lebih besar bagi umat," tutur Syahrul.

Kedua, lanjut dia, muktamar ini berbarengan dengan Pemilu sehingga ada ekses.

"Ya karena ini ormas besar, ormas yang dilirik banyak orang, sehingga menjadi perhatian dari berbagai kalangan. PM hari ini dinilai mempunyai posisioning yang lebih baik dari sebelumnya, dalam konteks jaringan dan organisasian," ujarnya.

Syahrul juga menjelaskan, salah satu substansi muktamar ini adalah memilih seorang ketua umum dan formatur yang terdiri dari 12 orang. Hingga kini sudah ada enam calon ketum Pemuda Muhammadiyah ?yang siap maju bertarung.

"Ada Faisal, Andi Fajar, Cak Sukron, Cak Labib, Cak Nanto, Ahmad Fanani. Saya kira semua mempunyai kualifikasi yang baik," katanya.

Dari enam figur tersebut, menurut dia, sebetulnya sudah kelihatan mana yang punya keberpihakan dan keinginan membesarkan organisasi secara kolektif kolegial.

"Teman-teman sudah memahami itu. Siapa yang selama ini, selama periode terakhir ini baik di lingkungan Pemuda Muhammadiyah atau lintas ortom (organisasi otonomi) mau bekerja bersama-sama mendorong kader Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di ranah kebangsaan, di level masing-masing dari Sabang sampai Merauke," tutur Syahrul.

Baca juga: Muktamar Pemuda Muhammadiyah mengundang Jokowi dan Prabowo

Baca juga: Polri tegaskan tidak ada intervensi terhadap Muktamar Pemuda Muhammadiyah

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2018