Bogor (ANTARA News) - Sejumlah warga yang menjadi korban keracunan makanan usia menyangap Tutut di Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat, mengaku trauma untuk mengkonsumsi tutut kembali.

Siti Dahlia (35) warga RT 01/RW07, yang ditemui Minggu, harus bermalam di Puskesmas Bogor Utara untuk menjaga suami dan anaknya yang dirawat akibat keracunan tutut.

Dedi (40) dan Sahira (9), suami dan anak dari Siti ini terpaksa tidur di satu tempat tidur, karena kapasitas Puskesmas yang kelebihan daya tampung. Selain itu karena kondisi Dedi tidak separah Sahira yang mengalami panas tinggi.

Menurut Siti, suami dan anaknya makan tutut yang dibeli dari warung Mang Juju dekat rumahnya. Tutut tersebut merupakan titipan dari Buk Yayah si pembuat tutut.

"Sudah rutin makan tutut setiap Ramadhan, hampir setiap hari, cuma baru kali ini yang kejadian, biasanya tidak pernah sampai seperti ini (keracunan-red)," kata Siti.

Ada lima pasien dirawat di ruang rawat inap Puskesmas Bogor Utara, semuanya tetangga Siti. Mereka sama-sama mengkonsumsi tutut, ada yang membeli di hari Rabu, dan ada juga yang membeli di hari Kamis.

Desi (29) yang merawat anaknya Asyasia (10) serta keponakannya, mengaku tutut yang dimakan saat itu rasanya beda dari hari-hari sebelumnya.

"Kata keponakan saya, tutut yang dimakan bau," kata Desi meniru ucapan keponakannya.

Desi mengaku malam sebelum kejadian, ia sempat ditawari oleh Mang Juju untuk membeli tutut yang belum habis terjual, tetapi ia menolak lantaran kurang suka makanan tersebut. Sedangkan anaknya Asyasia rutin membeli setiap harinya.

"Kata orang-orang tututnya enak, tapi saya tidak suka," kata Desi.

Menurut warga, tutut salah satu makanan favorit yang paling dicari setiap Ramadhan, karena rasanya enak. Tutut diolah atau dimasak dengan gulai cair, dikonsumsi sebagai cemilan. Mang Juju dan Bu Yayah pedagang tutut yang sudah dikenal warga sekitar, setiap Ramadhan menyediakan tutut dan hidangan berbuka lainnya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018