Jakarta (ANTARA News) - Dua peneliti biologi konservasi dari Perhimpunan Ornitolog Indonesia, Yunus Masala dan Dr Mochamad Indrawan, berhasil menemukan kembali burung kuyak atau gagak banggai (Corvus unicolor) di habitat aslinya, yaitu di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Seperti dikutip dari keterangan tertulis Perhimpunan Ornitolog Indonesia yang diterima ANTARA, di Jakarta, Selasa, meski telah dikenal ilmu pengetahun sejak 115 tahun silam, belum pernah ada peneliti yang melihat gagak banggai di alam bebas atau dalam keadaan hidup. Selama ini, keberadaan gagak banggai hanya diketahui berdasarkan dua spesimen (hasil awetan) di Museum Sejarah Alam Amerika Serikat, di kota New York. Kedua awetan itu berasal dari lokasi yang tidak diketahui di Banggai Kepulauan. Penduduk setempat menjualnya kepada pedagang dari Jerman, Menden, pada tahun 1898. Sayangnya, di Indonesia, di tempat asal burung ini tidak ada satu spesimen pun. Beberapa peneliti mancanegara, termasuk Australia (tahun 1980-an) dan Amerika Serikat (tahun 2005), yang berhasil mencapai Banggai Kepulauan pun tidak pernah berhasil menemukan burung ini. Itu sebabnya lembaga konservasi dunia (IUCN) memandang burung ini sebagai spesies yang berstatus "kritis", bahkan pada tahun 2006 sempat digolongkan sebagai spesies yang "kemungkinan sudah punah". Masala dan Indrawan telah melakukan penelitian spesies dan ekosistem alami Banggai Kepulauan sejak tahun 1991. Akhirnya mereka berhasil menemukan kembali gagak banggai di hutan tropis Pegunungan Peleng yang cukup terjal. Peleng adalah salah satu pulau terbesar di Banggai Kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati darat dan laut berkelas dunia. Presentasi kedua peneliti ini akan disampaikan secara umum di LIPI Biologi, Cibinong, pada Rabu (4 Juli) pukul 09.00 WIB.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007