Kathmandu (ANTARA News) – Nepal melarang pendakian solo di pegunungannya, termasuk Gunung Everest, demi mengurangi kecelakaan saat pendakian.





Kabinet Nepal pada Kamis (28/12) lalu mendukung revisi peraturan pendakian gunung di Himalaya, yang melarang pendakian solo, salah satu dari serangkaian langkah yang dikeluarkan menjelang musim pendakian musim semi 2018.




“Perubahan tersebut melarang ekspedisi solo, yang sebelumnya diizinkan,” kata seorang pejabat di Kementerian Kebudayaan, Pariwisata dan Penerbangan Sipil, Maheshwor Neupane, kepada AFP.




Aturan itu direvisi untuk membuat para pendaki gunung lebih aman dan mengurangi kematian, Neupane menjelaskan.




Pendaki berpengalaman asal Swiss Ueli Steck kehilangan nyawanya pada April tahun ini karena terpeleset dan jatuh dari puncak gunung yang curam saat pendakian solo ke Nuptse, puncak di dekat Everest.




Larangan ini juga berlaku untuk pendaki tunanetra dan yang telah menjalani amputasi dua kali atau “double amputee”, meski pun Everest merupakan cita-cita bagi pendaki penyandang disabilitas.




Pendaki dari Selandia Baru, Mark Inglis, yang kehilangan kedua kakinya karena kedinginan, menjadi double amputee pertama yang mencapai puncak setinggi 8,848 meter pada 2006 lalu.




Seorang tunanetra asal Amerika, Erik Weihenmayer, menaklukkan Everest pada Mesi 2001, ia menjadi satu-satunya orang yang memiliki gangguan penglihatan yang berada di puncak gunung tersebut.




Seorang pendaki Everest, Hari Budha Magar, mantan tentara Gurkha yang kehilangan kedua kakinya saat bertugas di Afghanistan, mengatakan larangan tersebut adalah bentuk diskriminasi.




“Jika kabinet meloloskan diskriminasi terhadap penyandang cacat, melanggar hak asasi manusia,” kata Magar dalam sebuah unggahan di Facbeook.




Setiap musim semi dan gugur, ribuan pendaki memadati Nepal, rumah bagi delapan gunung tertinggi di dunia.




Tahun lalu, hampir 450 pendaki, 190 asing dan 259 dari Nepal, mencapai puncak Everest dari bagian selatan Nepal tahun 2016 lalu.


Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018