Beijing (ANTARA News) - Wakil Dekan Eksekutif di Sekolah Administrasi dan Kebijakan Publik Renmin University of China, Guangjian Xu, mengatakan Republik Rakyat China saat ini menghadapi tantangan untuk mewujudkan pembangunan hijau dan berkelanjutan dalam meningkatkan ekonomi.

"Pemerintah kami menaruh perhatian pada pembangunan hijau, pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh wilayah China dan perlindungan lingkungan hidup," tutur Guangjian kepada sejumlah awak media di Renmin University of China, Beijing, Sabtu.

Profesor Guangjian menuturkan ada tiga masalah utama dalam pembangunan ekonomi China yang juga menjadi tantangan ke depan yakni terkait distribusi pendapatan nasional, pembangunan ekonomi kawasan yang tidak seimbang, serta masalah-masalah serius ekologi dan lingkungan hidup.

Dia mengatakan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik menjadi perhatian bagi pemerintahan China.

Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan dan hijau bertujuan pada perekonomian yang tumbuh positif dan berkembang tapi tetap memperhatikan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mengingat industrialisasi yang berkembang di China, yang menghasilkan di antaranya produk berbahan kimia.

Pembangunan ekonomi yang selaras dengan peningkatan kualitas lingkungan, lanjut dia, akan membawa pada keberlanjutan kesejahteraan bangsa sekarang dan masa depan.

"Kami perlu meningkatkan lingkungan hidup di masa mendatang," ujarnya.

Di sisi lain, pemerintah China terus berupaya mendorong pemerataan pembangunan ekonomi dan pendapatan nasional di empat wilayah yakni timur, tengah, barat, dan timur laut sehingga mendorong masyarakat China yang kaya secara merata.

Pria tersebut mengatakan China sempat menjadi salah satu negara dengan distribusi pendapatan yang paling merata yang mana pada 1981 koefisien Gini negara tersebut hanya 0,29. Melalui reformasi dan pembangunan, koefisien Gini China telah mencapai 0.491 pada 2008 dan 0,465 pada 2016.

Guangjian mengatakan ketidaksetaraan adalah hal yang paling menonjol di antara penduduk perkotaan dan pedesaan. Pada saat yang sama, besaran penghasilan masyarakat kelas menengah telah meningkat secara pasti, terutama di kota.

"Karena kondisi ekonomi yang berbeda dan faktor lainnya, distribusi pendapatan antara wilayah timur, tengah, barat, dan timur laut tidak seimbang. Dan tingkat ketidaksetaraan pendapatan berbeda di masing-masing empat wilayah ini," ujarnya.


Perangkap pendapatan menengah

Dia menuturkan terkait dengan meningkatnya ketidaksetaraan pendapatan, ada kekhawatiran bahwa China mungkin akan jatuh ke dalam perangkap penghasilan menengah, yakni situasi di mana sebuah negara menghentikan proses pengejarannya ketika mencapai tingkat pendapatan menengah.

Dia mengatakan pengalaman internasional telah menunjukkan bahwa perangkap pendapatan menengah sering berhubungan dengan tingginya ketidaksetaraan pendapatan.

Dia mengatakan ketidaksetaraan dapat membatasi besaran pasar domestik, terutama ketika biaya tenaga kerja yang lebih tinggi mengurangi daya saing di pasar dunia.

"Ketidaksetaraan dapat menyebabkan pertumbuhan modal manusia yang lambat karena ketidaksetaraan menghambat orang-orang pada bagian terendah distribusi dari memperoleh pendidikan yang cukup," ujarnya.

Jadi, menurutnya, meningkatnya ketidaksetaraan dapat menjadi penghalang serius bagi negara untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017