Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum HIPMI Jaya, Afifuddin (Afi) Suhaeli Kalla, akan terus menggandeng kalangan universitas untuk mengembangkan ekonomi kreatif untuk menjadikan tulang punggung ekonomi khususnya di DKI Jakarta.

"Kami punya program HIPMI - Perguruan Tinggi yang bertujuan mencari bibit pengusaha unggul dengan memberikan paket pelatihan dengan harapan setelah lulus mereka dapat menjadi pengusaha yang tangguh," kata Afi saat dihubungi, Sabtu.

Sebelumnya HIPMI Jaya bersama mahasiswa S1 Prodi Branding Universitas Prasetiya Mulya angkatan 2014 serta Pemprov DKI Jakarta menyelenggarakan PassionPreneur dengan menghadirkan pengusaha muda sukses yang bergerak dibidang ekonomi kreatif di Jakarta Creative Hub Graha Niaga Thamrin Kebon Melati, Jumat (28/7).

Menurut Afi, menjadi kewajiban Hipmi khususnya Hipmi Jaya untuk menumbuhkan wirausaha di Indonesia mengingat saat ini jumlahnya kurang dari dua persen, targetnya dalam 3 tahun ke depan bisa bekerja sama dengan 30 perguruan tinggi, sedangkan sampai 2017 ini sudah mencapai 8 perguruan tinggi.

Afi mengatakan, pengusaha muda saat ini banyak yang bergerak di sektor ekonomi kreatif, sudah jauh berbeda dengan pengusaha muda tahun 1990 an di DKI Jakarta yang banyak didominasi sektor penyedia jasa (kontraktor).

Afi melihat perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia menyimpan potensi besar baik mulai dari kuliner sampai kerajinan, namun masih jauh tertinggal dengan sejumlah negara seperti Malaysia yang setiap wilayah/ provinsi memiliki wadah kerja (working space).

Wadah Kerja seperti di Graha Niaga ini sangat membantu pengusaha yang belum memiliki kantor untuk mengembangkan bisnisnya cukup mendaftarkan keanggotaan tanpa dipungut bayaran mereka sudah dapat berkreasi, wadah ini juga sering dimanfaatkan untuk memberikan pelatihan, jelas Afi.

Lebih jauh Ketua Bidang Industri dan Telekomunikasi Hipmi Jaya, Arife Satria Kurniagung mengatakan, dalam "PassionPreneur" selain Hipmi juga menghadirkan pengusaha ekonomi kreatif sukses seperti Andanu Prasetya pemilik Kopi Tuku dan Toddz Cafe yang juga pernah dikunjungi Presiden Joko Widodo.

"Munculnya brand-brand asing seharusnya juga diimbangi dengan munculnya brand-brand lokal yang dari segi produk juga tidak kalah dengan menonjolkan cita rasa tradisional. Brand-brand ini seharusnya sudah bisa mengambil peranan," ujar dia.

Menurut Arief, salah satu kendala dari pengusaha pemula Indonesia adalah aspek legal, sebagai contoh hampir 60 persen pengusaha startup (pemula) di Indonesia belum memiliki badan usaha, padahal ini dibutuhkan agar dapat memiliki akses pendanaan.

"Pasar Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa sebenarnya potensi yang sangat besar bagi industri kreatif di Indonesia, sehingga aspek legal ini seharusnya menjadi perhatian karena penting bagi kelangsungan usaha juga ke depannya," ujar Arief

Ketua PassionPreneur Rauf Abdul mengatakan, kegiatan yang terdiri dari workshop dan seminar dihadiri 150 peserta tidak hanya dari kalangan mahasiswa Prasetya Mulya tetapi juga mengundang masyarakat luar dalam rangka memotivasi untuk menjadi pengusaha.

"Lulusan Prasetya Mulya dituntut untuk bisa mandiri sebagai pengusaha, sehingga kegiatan seperti ini tentunya memberi manfaat, apalagi pembicara merupakan pengusaha sukses dengan membagikan ilmunya kepada peserta," ujar dia.

"Industri kreatif di Indonesia saat ini baru menyumbang tidak sampai 7 persen dari total GDP.

Sedangkan untuk negara maju seperti Amerika sudah belasan persen. Oleh karena itu kami berinisiasi mendorong minat masyarakat Indonesia

khususnya generasi muda untuk mengembangkan Industri Kreatif di Indonesia melalui acara PassionPreneur ini," ujar Rauf.

Hadir sebagai pembicara disaming Andanu Prasetyo, juga Muhammad Assad, CEO of Rayyan Capital and National Bestseller Author dan Rene de Paus, Business & Strategy Director at Brand Union, Ashari Yudha founder of @catatanbackpacker, Rahmi Sofyanti ahli di bidang food photoghraphy dan food stylist.

Pewarta: Ganet D
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017