Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan aktivitas Kawah Sileri di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, tetap normal kendati ada imbauan agar radius 100 meter dari pusat kawah harus kosong atau steril dari kegiatan masyarakat.

"Pascaerupsi freaktik yang terjadi pada Minggu (2/7) pukul 11.54 WIB, saat ini kondisinya tetap normal," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Nugroho, lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan PVMBG telah memberi rekomendasi terkait peningkatan aktivitas vulkanik di Kawah Sileri. Masyarakat dan pengunjung Sileri jangan mendekati Kawah Sileri pada jarak 100 meter dari bibir kawah.

Selain itu, lanjut dia, masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di Kawah Timbang karena adanya ancaman bahaya gas CO2 dan H2S yang berbahaya bagi kehidupan.

"Semua pihak diminta menghormati rekomendasi itu dan pengelola wisata hendaknya memasang rambu di pintu masuk para pengunjung khususnya yang masuk Kawah Sileri untuk memberi peringatan agar wisatawan tidak masuk dalam radius 100 meter dari Kawah Sileri," kata dia.

Dia mengatakan sejauh ini tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik dan status tetap normal (level I). Berdasarkan pengukuran PVMBG pada Senin pukul 05.15 WIB secara visual gunung nampak jelas. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas lemah hingga tebal dan tinggi 60 meter di atas kawah puncak.

Dari pengukuran, kata dia, kegempaan dari tektonik lokal jumlah 10, amplitudo 3-40,1 milimeter dan durasi 3-13,62 detik. Suhu kawah 50,7 derajat Celcius, tingkat keasaman air 6,23 dan tidak terdeteksi gas beracun CO2, H2S dan SO2.

"Meskipun demikian potensi erupsi freatik di Kawah Sileri masih dapat terjadi. Namun tidak dapat dipastikan kapan akan terjadi. Umumnya adanya erupsi freatik akan disusul dengan erupsi berikutnya dalam rentang waktu tertentu," tuturnya.

Menurut dia, karakter Kawah Sileri memiliki sejarah erupsi freatik yang sering terjadi. Erupsi freatik terjadi ketika adanya air tanah, air danau kawah atau air hujan yang menyentuh magma di dalam bumi. Panas dari magma akan membuat air tersebut menjadi uap dan ketika tekanan uap sudah sangat tinggi dan tidak bisa dibendung maka akan terjadi letusan.

"Erupsi freatik mengeluarkan material padat berupa lumpur, pasir, kerikil dan air yang terlempar akibat tekanan dari uap tadi," ucapnya.

Dia mengatakan sebelum erupsi pada Minggu (2/7) siang, Kawah Sileri sudah menunjukkan adanya tanda-tanda erupsi. Pada Jumat (30/4) pukul 13.03 WIB, terjadi satu kali semburan lumpur dengan ketinggian sekitar 10 meter. Semburan pada posisi tengah kawah dan material tidak terlempar jauh keluar dari kawah, hanya sekitar satu meter dari bibir kawah dengan ketebalan 1-2 milimeter.

Erupsi selanjutnya pada Minggu (2/7) pukul 11.54 WIB, kata dia, Sileri mengeluarkan material lumpur setinggi 150 meter dengan jarak lontaran sekitar 50 meter ke arah utara dan selatan serta 50 meter ke arah waterboom. Gempa terjadi hanya pada saat letusan. Saat erupsi inilah ada 18 orang wisatawan yang berada di sekitar Kawah Sileri.

Sutopo mengatakan tercatat 11 orang luka-luka dengan sebagian besar luka ringan. Korban atas nama Siti Muainah (48) mengalami luka tangan kiri mengalami tulang retak dirujuk rawat inap di RSUD Kraton Pekalongan.

"Mereka wisatawan lokal dari Pekalongan. Seluruh biaya perawatan ditanggung manajemen obyek wisata Dieng, Kabupaten Banjarnegara," kata dia.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017