Gunung Kidul (ANTARA News) - Pernyataan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan merevitalisasi Lapangan Udara Gading, Kecamatan Playen, Kabupatan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi bandar udara memberikan "harapan baru" untuk pengembangan sektor parwisata dalam rangka mendongkrak perekonomian setempat.

Beberapa waktu lalu, dalam seminar nasional "Pengembangan Industri Pariwisata Gunung Kidul" Budi Karya mengatakan Lapangan Udara (Lanud) Gading hanya butuh waktu untuk merevitalisasi beberapa infrastruktur pendukung dan menambah fasilitas yang dibutuhkan.

Pernyataan Budi Karya ini menjadikan semangat bagi Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dan masyarakat setempat. Namun, ada rasa kekhawatiran, pernyataan tersebut hanya sekedar memberikan angin segar dan sebatas pemberian harapan palsu (PHP). Hal ini akan terasa sakit dan melukai masyarakat.

Saat ini, masyarakat Gunung Kidul mulai bangkit secara ekonomi, sosial dan budaya seiring pertumbuhan sektor pariwisata yang berkembang pesat. Sebelum pertumbuhan pariwisata, mata pencaharian masyarakat hanya bertani dan menjadi perantau di berbagai kota di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Gunung Kidul dikenal sebagai daerah miskin, kering dan terbelakang, tapi sekarang pertumbuhan ekonomi berkembang pesat. 180 derajat, ekonomi di Gunung Kidul tumbuh pesat.

Namun, pertumbuhan sektor pariwisata belum diimbangi dengan infrastuktur pendukung, seperti infrastruktur jalan yang memadai, tempat parkir, hingga moda transportasi. Sehingga, ketika Menteri Budi Karya menyatakan akan meninjau pengembangan Lanud Gading menjadi bandara, masyarakat Gunung Kidul seperti kejutuhan emas dan menjadi "harapan baru".

Kalau Lanud Gading dapat beroperasi untuk komersial, dan ada maskapai penerbangan yang mau membuat rute ke Gunung Kidul dapat dipastikan sektor pariwisata di wilayah Gunung Kidul akan berkembang pesat. Objek wisata di wilayah ini bila dikelola dengan serius, tidak kalah dengan Bali , dan pusat pariwsata di Indonesia lainnya.

Lanud Gading memiliki panjang landasan (runway) 1.500 meter cocok untuk pendaratan pesawat jet peribadi atau pesawat jarak pendek ATR. Sehingga wisatawan yang ingin langsung mengunjungi objek wisata di Gunung Kidul bisa langsung "landing" di Lanud Gading dan tidak perlu ke Bandara Kulon Progo.


Tim Khusus Lanud Gading

Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta akan membentuk tim khusus percepatan alih fungsi lahan Lanud Gading menjadi bandara perintis yang digunakan untuk mendukung sektor pariwisata. Setelah tim khusus sudah terbentuk, pemkab akan menindaklanjuti dengan pemerintah pusat. Dengan harapan segera dibangun dan difungsikan untuk bandara perintis.

Selanjutnya, pemkab masih akan berkoordinasi dengan provinsi dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara terkait recana pengembangan Lanud Gading untuk komersial. Hal ini dikarenakan Pemprov DIY dengan TNI AU yang memiliki kewenangan atas aset yang ada di Lanud Gading.

Proses pemanfaatan Lanud Gading cukup panjang, setelah izin Pemda DIY, nantinya juga memerlukan izin dari Angkatan Udara Republik Indonesia. Selain itu juga memerlukan persetujuan dari Kementerian perhubungan.

Salah satu yang menjadi pertimbangan yakni kemacetan di Jalur Yogyakarta-Womosari jika libur panjang dan akhir pekan karena banyaknya kendaraan yang masuk ke Gunung Kidul. Selain bidang pariwisata, pemanfaatan Lanud Gading untuk hasil perikanan yang cukup besar dari Gunung Kidul, utamanya dari Pantai Sadeng dengan kualitas ekspor. Semakin cepat pengirimannya kualitas bisa semakin baik.

Pengoprasian Lanud Gading akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal ini sejalan dengan Bandara Kulon Progo dioperasiokan, maka kecenderungan wisatawan akan mencari yang terdekat di tujuan wisata.

Efeknya nanti akan luar biasa, mulai dari perekonomian masyarakat sekitar akan meningkat dan masyarakat Gunung Kidul pada umumnya. Kunjungan pariwisata akan meningkat, hal ini tentunya akan berkaitan dengan perekonomian masyarakat.

Oleh Sutarmi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017