Sudah lama saya tidak baca kitab kuning. Alhamdulillah masih bisa meski tidak sempurna
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi unjuk kebolehan membaca kitab kuning di hadapan ribuan santri Pondok Pesantren Al Fadlu, Kendal Jawa Tengah, Sabtu.

"Sudah lama saya tidak baca kitab kuning. Alhamdulillah masih bisa meski tidak sempurna," ujar Imam usai membaca kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali dalam siaran pers.

Mulai Sabtu ini, 31 pesantren di 20 provinsi menggelar babak penyisihan Musabaqah Kitab Kuning Ihya Ulumuddin, salah satunya di Ponpes Alfadlu Kendal di bawah pengasuh KH Dimyati Rais.

Menpora berharap melalui kegiatan yang diinisiasi DKN Garda Bangsa --badan otonom pemuda Partai Kebangkitan Bangsa-- ini, tradisi pengetahuan pesantren tetap terjaga dari paham radikal yang bertentangan dengan NKRI dan Ahlussunnah Wal Jamaah.

Menurut lulusan Pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan, Madura, ini, sebagai ilmu pengetahuan, kitab kuning secara subtansi mengajarkan Islam yang moderat tapi dengan tetap memegang prinsip.

"Jangan sampai kitab kuning yang menjadi khazanah Islam Nusantara ini dicuri dan disalahgunakan oleh kelompok lain yang seolah-olah peduli ke pesantren tapi praktik politiknya justru menghabisi pesantren," katanya.

Imam menyerahkan bantuan kegiatan keagamaan kepemudaan kepada para santri senilai puluhan juta rupiah.

Terkait kitab Ihya Ulumuddin, Imam menyebutnya sebagai salah satu kitab pesantren terlengkap karena mengajarkan banyak hal, mulai dari ekonomi, relasi sosial, politik hingga tasawuf, bahkan olah raga.

"Di Kitab Ihya kita juga diajarkan untuk menjaga hati agar tetap konsisten dan istiqomah, tidak tergoda oleh tipu daya mafia, termasuk mafia bola," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016