Kalau tidak ada mangrove maka di mana hewan laut ini tinggal dan beranak?
Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengajak umat Budha di Surabaya menanam mangrove sebagai bentuk wujud mencintai lingkungan dan perlindungan warga terhadap bencana yang berasal dari laut.

"Menanam mangrove berarti sama dengan melindungi daratan dari bencana, khususnya gelombang tsunami di laut," ujarnya di sela membuka gerakan menanam 1.500 mangrove yang diikuti 300 umat Budha Surabaya di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Sabtu.

Ia menjelaskan, fungsi mangrove mempertahankan daratan dari abrasi lebih besar manfaatnya daripada membangun insfrastruktur berupa batu atau beton di pinggir laut.

"Mangrove yang berusia 10 tahun ke atas kedalaman akarnya mencapai 100 meter lebih sehingga lebih kuat dibandingkan membuat bangunan sebagai upaya melindungi daratan dari abrasi," katanya.

Selain itu, menurut dia, mangrove merupakan tempat berpijak dan beranak hewan laut seperti ikan, kepiting dan sebagainya sehingga wajib sifatnya menjaga ekosistem sekitar.

"Sifat ikan berpijak tidak di ombak besar, tapi di sekitar mangrove. Kalau tidak ada mangrove maka di mana hewan laut ini tinggal dan beranak?," ucapnya.

Tidak itu saja, wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut juga mengatakan bahwa mangrove sebagai salah satu sumber oksigen yang dimiliki dan menghindari masyarakat dari gangguan penyakit kanker paru-paru dan penyakit kulit akibat menyerap udara kotor.

"Jangan dilupakan juga bahwa mangrove mampu mencegah masuknya kadar garam air laut ke daratan sehingga menyaringnya menjadi air tawar di bawah tanah Surabaya," kata mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan tersebut.

Karena itulah, lanjut dia, Rismaharini berharap kegiatan penanaman mangrove rutin dilakukan sebagai salah satu bentuk menjaga keberlangsungan kehidupan warga Surabaya.

Sementara itu, gerakan menanam 1.500 mangrove tersebut diprakarsai oleh Majelis Niciren Syosyu Budha Dharma Indonesia (MNSBDI) dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak yang jatuh pada 2 Juni 2015.

"Ini sebagai wujud cinta dan balas budi umat Budha kepada Tanah Air. Setiap tahun kami selalu menggelar acara yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan karena agamanya mengajarkan kepedulian," kata Humas MNSDBI Aldi Thiopradana.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015