Jika terus bergantung dengan perangkat terknologi dari luar negeri, maka bukan tidak mungkin kita akan disadap terus,"
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) Arya Rezavidi MEE PhD mengatakan kemandirian teknologi sangat diperlukan untuk mencegah penyadapan, seperti yang dilakukan Australia terhadap Indonesia.

"Jika terus bergantung dengan perangkat terknologi dari luar negeri, maka bukan tidak mungkin kita akan disadap terus," ujar Arya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Penyadapan oleh intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Ani Yudhoyono, mantan Wakil Presiden Mohammad Jusuf Kalla dan beberapa pejabat tinggi lainnya diduga terjadi sekitar bulan Agustus tahun 2009.

Dia menambahkan Indonesia harus mengembangkan teknologi sendiri, sehingga tidak tergantung dengan perangkat yang berasal dari luar negeri.

"Contohnya tentara kita memakai GPS (global positioning system, red), tentu pihak luar bisa mengetahui posisi tentara kita (TNI,red) melalui pemantauan GPS," jelas dia.

Arya juga mengatakan terbongkarnya kasus penyadapan oleh Australia dan Amerika terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan jajarannya, harus menjadi momentum mewujudkan kemandirian teknologi.

"Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah mengembangkan teknologi, namun banyak pihak yang belum mau," jelas dia.

Bahkan instansi pemerintah pun, sambung dia, lebih menyukai perangkat teknologi dari luar negeri. Hal tersebut, lanjut dia, karena pengambil keputusan mengikuti apa yang dimaui vendor.

"Perlu undang-undang yang mengatur hal itu."

Arya menegaskan putra-putri Indonesia sudah mampu mengembangkan teknologi, asalkan pemerintah mempunyai kemauan.

(I025/A011)

Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013