Medan (ANTARA News) - Perusahaan asal Hong Kong, G-Resources Group Ltd optimistis tambang emas dan perak Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara siap berproduksi pada akhir Maret 2012, dengan mempercepat pekerjaan konstruksi dan fasilitas penunjang lainnya.

Chief Executive Officer (CEO) G-Resources Group Ltd, Peter Albert kepada wartawan yang berkunjung ke lokasi tambang Martabe, kemarin, menjelaskan bahwa pekerjaan proyek yang kini sudah mencapai 70 persen, dikebut selama 24 jam penuh dengan mengerahkan tenaga kerja hingga empat ribu orang.

Puluhan perusahaan kontraktor dilibatkan untuk merampungkan sejumlah pekerjaan. Mulai dari infrastruktur jalan, perpipaan, penghijauan, pengolahan limbah, perkantoran hingga unit pengolahan mineral emas dan perak.

Gedung perkantoran Sopo Nauli bahkan telah rampung dan diresmikan oleh Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul Pasaribu, Sabtu (14/1).

Dari proyek Martabe, perusahaan yang tercatat di bursa Hong Kong ini menargetkan dapat memproduksi 250 ribu ounce emas dan 2,5 hingga tiga juta ounce perak per tahun. "Target ini dilakukan secara bertahap hingga tercapai sepenuhnya pada tahun depan," ungkap Peter Albert.

Ia mengatakan, dana yang diinvestasikan G-Resources untuk proyek Martabe sejauh ini hampir mencapai 500 juta dolar AS. Diperkirakan pada tiga bulan mendatang, investasinya sudah sekitar 600 juta dolar AS (kurang lebih Rp5,5 triliun).

Mining Manager Proyek Martabe, Agus Supriyanto menjelaskan tahap pertama produksi dimulai dari Purnama Pit, yakni satu dari enam titik yang memiliki potensi emas maupun perak. Sementara lainnya yaitu Pit Ramba Joring, Horas, Tor Uluala, dan Barani belum dieksploitasi. Kegiatan penambangan dari titik Purnama seluas 30.000 hektar itu bisa mencapai 10 tahun, katanya.

Agus Supriyanto menjelaskan bahwa produk akhir dari tambang Martabe adalah campuran emas dan perak dalam bentuk batangan. Melalui kerjasama dengan BUMN PT Aneka Tambang, campuran emas-perak itu dikirim ke Logam Mulia untuk disuling menjadi emas dan perak dengan kemurnian tinggi.

"Baru dari sana akan langsung dijual di pasar logam mulia internasional," katanya.

Proyek Martabe memiliki sumber daya emas mencapai 7,46 juta ounce dan perak 72,6 juta ounce. Sementara cadangan terbuktinya mencapai 3,034 juta ounce emas dan 33,63 juta ounce perak, ujar Agus.

Proyek tersebut didirikan di bawah kontrak karya generasi keenam yang ditandatangani pada April 1997. Kepemilikan tambang Martabe dikuasai oleh G-Resources setelah membeli konsesi dari perusahaan tambang OZ Mineral pada pertengahan 2009.

G-Resources kemudian menyerahkan lima persen saham proyek Martabe kepada pemerintah daerah dengan rincian 70 persen dari lima persen itu milik pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30 persen pemerintah provinsi Sumatera Utara.

Sementara Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul Pasaribu saat peresmian fasilitas perkantoran Proyek Martabe mendesak agar kegiatan produksi bisa segera dimulai mengingat keberadaan tambang tersebut yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja lokal.

"Hal itu sekaligus juga untuk menghapus kecurigaan dari beberapa pihak yang mempertanyakan komitmen G-Resources untuk melanjutkan investasinya di proyek Martabe," kata Syahrul.

Menurut dia, pemerintah kabupaten Tapsel pada tahun ini sudah mengalokasikan penerimaan dividen dari proyek Martabe sebesar Rp5 miliar.

Syahrul juga tidak mempermasalahkan adanya kontroversi perlu tidaknya pemberlakuan divestasi saham untuk proyek tambang Martabe.

Menurut dia, yang lebih penting adalah kegiatan produksi bisa segera berjalan sehingga target penyerapan 70 persen tenaga kerja lokal dalam proyek Martabe dapat terwujud. "Komitmen lima persen saham kepada pemda sudah menunjukkan adanya itikad baik dari perusahaan," ujar Syahrul.

(T.F004/B012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012