urutan kedua dan ketiga Kota Bandung Jawa Barat dan Kota Badung, Bali
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa Buleleng merupakan kabupaten dengan kasus demam berdarah (DBD) tertinggi di Indonesia saat ini.

"Buleleng yang pertama," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Direktorat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto melalui sambungan telepon kepada ANTARA, Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan bahwa kasus DBD di Indonesia dalam 38 pekan terakhir sejak penemuan kasus pertamanya di tahun ini terus mengalami fluktuasi, kadang naik, kadang turun.

Kasus DBD yang tercatat oleh Kemenkes sampai dengan saat ini (24/9), adalah sekitar 85.018 kasus, dengan Buleleng menempati posisi pertama sebagai kabupaten yang mencatatkan kasus DBD paling banyak, yaitu sekitar 2.682 kasus.

Di urutan kedua dan ketiga adalah Kota Bandung di Jawa Barat dan Kota Badung, Bali, yang sama-sama mencatatkan kasus sekitar 2.138. Disusul Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) di posisi keempat dengan 1.715 kasus dan kelima adalah Jakarta Timur dengan laporan kasus sekitar 1.452.

Didik menilai salah satu faktor yang menyebabkan masih banyak terjadi kasus di beberapa daerah tersebut adalah karena kurangnya pemberdayaan masyarakat sekitar.

"Bahwa pemberdayaan masyarakatnya di sini masih kurang, sehingga terkait dengan genangan-genangan air, kemudian mengenai sampah, di mana sampah itu sampai berair, itu menjadi wadah untuk berkembang biak nyamuk-nyamuk itu tadi," katanya.

Oleh karena itu, Didik mengatakan bahwa gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) perlu terus digalakkan, terutama di daerah yang masih melaporkan banyak kasus DBD.

Namun demikian, Didik mengatakan di musim hujan yang diliputi dengan kondisi pandemi saat ini, banyak di antara warga mengaku khawatir dengan kemungkinan tertular COVID-19 bilamana mereka melaksanakan gerakan tersebut di luar rumah atau di lingkungan sekitar.

Baca juga: Ahli kesehatan sebut daya tahan tubuh penting cegah DBD

Baca juga: 55 warga NTT meninggal dunia akibat DBD


Untuk itu, Didik mengimbau kepada warga masyarakat untuk tidak khawatir selama mereka tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Sebetulnya enggak harus bingung, karena sudah ada protokol kesehatan. Bagaimana protokol kesehatan ketika kita di lapangan," katanya.

Protokol kesehatan 3M, yaitu mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan menjaga jarak, kata Didik, tetap harus dijalankan secara ketat ketika beraktivitas di luar rumah.

Kemudian, protokol kesehatan saat masuk ke dalam rumah, seperti membersihkan semua benda-benda yang dibawa dari luar ke dalam, menaruh pakaian kotor di tempat cucian dan menyegerakan mandi juga tetap perlu dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 di dalam rumah.

Selama protokol kesehatan tersebut dijalankan, maka masyarakat, menurut Didik, tidak perlu khawatir dengan penyebaran kasus COVID-19 yang masih terus terjadi di masyarakat.

"Itu yang kita sampaikan kepada mereka, kepada teman-teman kesehatan, kemudian juga kepada masyarakat. Bahwa kita melaksanakan seperti itu dan juga mengajak masyarakat untuk tetap menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)," demikian kata Didik.

Baca juga: Kemenkes minta masyarakat waspadai leptospirosis, DBD dan malaria

Baca juga: Ahli: Pencegahan DBD masa pandemi dengan turunkan vektor nyamuk

 

Pewarta: Katriana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020